Sebenarnya sejak jauh-jauh masa sebelumnha, Soecipto pernah menemukan bungkusan aneh di depan kios daganganya di pasar. Ia sempat membukanya, lalu membuangnya di tempat sampah.
Hingga suatu ketika, ia menemukan bungkusan berisi tengkorak, diikuti dengan suara-suara aneh serupa kepakan burung-burung gagak. Ia pun begegas pulang ke rumah. Berlanjit ia mendapatkan mimpi menyeramkan hingga meluluhlantakkan pergerakan tubuhnya.
Teror demi teror dialami oleh keluarga ini, hingga merenggut nyawa istri dan anak bungsunya, Arif. Mereka berdua mengalami siksaan yang sangat sadis karena santet, gegara menemukan bungkusan kain hitam dan kepala tengkorak yang sama seperti yang dialami oleh kepala keluarga tersebut.
Soecipto mengalami sakit berkepanjangan, hingga Ardi yang awalnya menghindari pasar, suka tak suka harus menggantikan posisi ayahnya untuk berdagang di kios. Kemalangan terus menimpa dengan keluarnya satu per satu karyawan toko yang selama ini membantu ayahnya.
Ardi tidak ingin santet ini menghancurkan hidup keluarganya dan ia bertekad menyelesaikan masalah tersebut agar tidak merenggut nyawa adiknya dan dirinya sendiri. Apalagi, meski ayahnya sedang tidak berdaya karena pengaruh santet, Ardi ingin tetap menyelamatkan nyawanya.
Menelusur masa lalu ayahnya dan berbekal nasehat dan arahan dari paman dan orang pintar yang dahulu semasa kanak pernah membantu diri dan keluarganya, Ardi dan adiknya memberanikan diri menyelesaikan pengaruh santet ini dengan mengumpulkan air dari tujuh segoro (bahasa jawa, artinya laut atau samudera) sebelum hari weton ayahnya tiba.
Akankah Ardi dan Syifa berhasil mengusir dan membebaskan keluarga dari Santet Segoro Pitu?Â
Silakan pembaca langsung menyaksikan tayangannya di layar bisokop di kota Anda!
***
Saya pulang nobar dengan rasa sendu di hati, ngilu dengan penderitaan leluarga yang terkena santet maupum bagi para pelaku santet. Bermula dari rasa iri dengki hingga melakukan tindakan-tindakan yang merugikan dengan melibatkan ilmu klenik.
Bertukar cerita dengan sahabat saya nerkaitan dengan persantetan yang pernah dialami oleh pergaulan sekitar keluarga kami, hal tersebut ada saja terjadi di tengah masyarakat.Â