Saat film mulai diputar, saya masih merasa fine-fine saja. Cerita pembuka mengalir dengan cukup apik tanpa ketegangan.
Memasuki babak adanya kemampuan anggota keluarga yang bisa melihat sosok astral, obrolan tentang perhantuan dan awal muncul teror santet, mulailah saya merasa tegang. Tentu saja andrenalin ketakutan saya makin naik dengan tayangan visual suasana malam di pasar, di rumah dan suara-suara menyeramkan yang bikin bergidik.Â
Beberapa scene di layar bioskop, terpaksa saya saksikan dari balik jilbab, pun tutupan jemari lentik yang meregang!
"Ya, Allaah, Bun Sis! Kamu ngajakin nonton, malah tutupan!" Senggol sahabat saya sembari cekikikan kecil melihat kelakukan saya yang ketakutan. Saya hanya menjawabnya dengan jeritan-jeritan kecil karena merinding!
Ternyata nyali saya ciut juga nonton film horor!
***
Film ini diangkat berdasarkan kisah nyata asal Semarang yang dialami oleh satu keluarga pedagang sukses. Diambil dari cerita viral dari akun X (dahulu Twitter) milik @Betz Illustration hingga akhirnya diangkat ke layar lebar dan mengambil setting era 1970-an hingga 1980-an.
Film ini berkisah keluarga pedagang sukses di Semarang yang meiliki kehidupan yang cukup harmonis. SOECIPTO (dipernakan oleh Christian Sugiono) memiliki seorang istri bernama MARNI(diperankan oleh Sara Wijayanto). Mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu ARDI(Ari Ilham), SYIFA (Sadrinna Michelle) dan ARIF (Alif Al Juna).
Semasa kanak, Ardi mengalami sakit hingga di rawat di rumah sakit. Di sana ia bisa melihat makhluk astral yang mengikutinya hingga pulang ke rumah. Karena sering terganggu oleh hal tersebut, orang tuanya meminta bantuan kepada 'orang pintar' agar anaknya tidak diganggu oleh makhluk halus.
Menurut si Oramg Pintar, Ardi memiliki 'mata batin 'atau indera keenam. Sebaiknya ditutup saja dan menghindari wilayah pasar karena di sana banyak hal-hal negatif yang dapat memicu kemampuan mata batinnya.
Bertahun-tahun lamanya hingga Ardi dewasa dan memiliki dua adik, kehidupan keluarga ini baik-baik saja. Hingga suatu ketika, saat makan bersama, Soecipto mengalami muntah darah dihadapan istri dan anak-anaknya. Itulah awal mula mereka mendapatkan kiriman santet.