Di pagi yang cerah dengan suasana hutan yang asri, kami menggelar tikar dan menurunkan panganan dan minuman untuk sarapan sejenak. Menikmati arem-arem di tangan kanan, dan menggigit lauk di tangan kiri, sungguh nikmat. Pilihan lauk favorit saya adalah telur asin dan ayam goreng. Angin semilir menemani ritual sarapan, bersama kicau burung yang ada di dahan-dahan pohon.
Bahkan di masa itu, monyet-monyet hutan yang jinak dan lucu mendekat ke arah kami. Mereka hanya mengamati dan mau ikut makan jika kami beri dan ditaruh di atas batang-batang pohon yang tumbang. Mereka tidak mengganggu para pendatang, tapi justru menghibur pemandangan.
Monyet-monyet ini juga mendapat jatah beberapa bungkus arem-arem dari keluarga kami. Ekpresi lucu dan kegirangan mendapatkan jatah makanan, membuat kami pun riang. Ibu juga kadang berbagi dengan supir-supir truk yang sedang beristirahat di sekitar area, apabila bekal arem-arem yang kami bawa cukup banyak.
***
Selang bertahun setelah Bapak dan Eyang meninggal, kami jarang beekunjung ke ibukota provinsi, kecuali ada acara penting seperti kakak pertama kali kost di kota tersebut, menghadiri wisuda, dan lain sebagai ya. Arem-arem tetap menjadi menu andalan. Namun ketika tidak sempat membuatnya, kami membelinya melalui pedagang jajan keliling yang masuk ke dalam bis atau kereta, selalu arem-arem menjadi pilihan. Sederhana dan tetap mengenyangkan.
Ibu sering juga menerima pesanan arem-arem dengan variasi isian seusai keinginan pemesan. Seperti suwiran ayam, serundeng daging, hati ampela ayam, hati sapi, tumis tempe pedas, dan lain-lqin. Namun isian irisan wortel dan kentang tetaplah ada agar tersedia asupan sayur didalamnya.
Arem-arem membuat saya selalu terkenang dengan kasih sayang Ibu, seperti saat ini ketika saya menikmati sarapan dengan menu ini berteman dua gelas teh hangat.
Saya kangen ibu ❤️
***
Artikel 13 - 2024
#Tulisanke-563
#ArtikelFoodieSiskaArtati
#AremArem
#NulisdiKompasiana