Secara harifiah, tajwid bermakna memberikan kesan elok, membaguskan bacaan sesuai kaidah ilmu membaca Al-Qur'an.Â
Ilmu ini mempelajari dan menerapkan bagaimana makharijul huruf (tempat keluar-masuk huruf) dalam bacaan, mengenal shifatul huruf (sifat dan cara pengucapan huruf), ahkamul huruf (hubungan antar huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan), dan al-Khat al-Utsmani (tulisan huruf bahasa Arab dengan Rasm Ustmani).
Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat Al-Qur'an. Para ulama menyatakan bahwa hukum bagi mempelajari tajwid itu adalah fardu kifayah tetapi mengamalkan tajwid ketika membaca Al-Qur'an adalah fardu ain atau wajib kepada lelaki dan perempuan yang mukalaf atau dewasa.
3. Tartil
Yaitu membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an secara perlahan-lahan sesuai dengan makharijul huruf dan tajwidnya, secara jelas dan benar, tidak tergesa-gesa, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullaah Saw kepada para sahabat dan seterusnya pada umat Islam.
Membaca Al-Qur'an dengan tartil dapat memberikan kesempatan kepada pembacanya untuk meresapi, menikmati, menghayati, bahkan memahami ayat yang dibaca.
Sebagaimana perintah Allah SWT yang tercantum dalam QS.Al-Muzzammil ayat 4:
Saya masih banyak menemukan saat menyimak bacaan Al-Qur'an para ibu dan murid mengaji, mereka terkesan terburu-buru dalam membacanya, sehingga terlepaslah tajwid dan makharajul hurufnya. Padahal 3 hal tersebut sangat penting dalam membaca Al-Qur'an. Untuk itulah, bimbingan tahsin diperlukan dalam perbaikan bacaan.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan suntikan semangat kepada para pembaca yang siap menyambut Ramadan dengan kesehatan yang prima. Aamiin.
Salam sehat dan selalu bahagia!