Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sahabat Dalam Kelindan Doa

15 Oktober 2023   11:30 Diperbarui: 15 Oktober 2023   11:56 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: vecteezy.com

"Satu, perempuan. Sekarang sudah umur lima belas tahun. Sebentar lagi masuk SMA."

Sejenak kami basa-basi bertukar kabar. Ternyata Haris menikah dengan adik kelasku yang juga tinggal satu kampung. Semenjak ia menemukan akun media sosialku dan menghubungi melalui pesan pribadi, kami saling bertukar nomer telepon. Saat ini juga, ia menghubungi dan kita melanjutkan silaturahim melalui zoom.

Hari-hari berikutnya, Haris rutin menghubungiku di sela kesibukan sebagai pimpinan kantor wilayah. Kami yang terpisah pulau dan perbedaan waktu, tetap bisa terhubung setelah belasan tahun tak jumpa.

Ya, jelang selesai kuliah, orang tuaku memutuskan menjual rumahnya di desa. Awalnya mereka adalah pendatang dan bekerja sebagai karyawan pabrik. Setelah Ayah meninggal sebelum aku wisuda, Ibu sendirian di rumah besar itu. Aku hanya sempat menemaninya beberapa bulan usai lulus kuliah. 

Sehubungan aku di terima bekerja di luar pulau, terpaksa aku meninggalkan Ibu Akhirnya, beliau memilih tinggal bersama kakak di Ibukota setelah urusan penjualan rumah selesai.

Rupanya Haris kehilangan kontak dan keberadaanku. Begitu juga denganku, yang hanya menyimpan alamat surat -menyurat dengannya di kos-an. Setiap ia mudik dan bertanya pada pemilik baru mantan rumahku, ia tidak.mendapatkan petunjuk apa-apa, selain kabar bahwa aku telah merantau ke tanah seberang.


***

Lembayung senja sangat cantik di ufuk barat. Aku menatapnya dari jendela besar ruang kantorku. Hatiku sendu, seakan ada perasaan yang bakal lenyap seiring derik-detik tumbangnya mentari.

Sendu. Perasaan kehilangan rutinitas ngobrol bersama Haris selama dua pekan ini. Ia seperti menghilang. Aku baru menyadarinya tiga hari lalu, kini media sosialnya telah memblokirku dan pengaturannya menjadi akun pribadi yang terkunci.

Ini karena sebuah pesan masuk ke gawaiku beberapa menit lalu, dari istri Haris.

"Jujur saya sampaikan, sebagai istri, saya sangat pencemburu. Apalagi pada Mbak Saskia yang saya tahu, kenal dan paham adalah sebagai sahabat sejati Mas Haris. Sahabat lama dari kalian masih kanak-kanak hingga kini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun