Saya menyukai telur asin dan jadi penggemar beratnya sejak masa kanak karena pernah tnggal di salah satu wilayah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Sebuah daerah yang disebut sebagai sentra industri terkemuka telur asin di Indonesia.
Karena pernah tinggal di daerah tersebut dan dalam sebulan sekali selalu tersedia telur asin dalam menu makanan keluarga, saya tentu saja tidak asing dan sangat menyukainya hingga kini.
Sebagaimana yang saya baca di Wikipedia, produksi telur asin di Indonesia, terutama di pulau Jawa, biasanya berasal dari telur bebek pelari (Anas platyrhynchos domesticus). Bebek jenis ini menghasilkan telur dengan ciri khas cangkang berwarna kebiru-biruan.
Panganan ini bersifat praktis dan dapat dipadukan dengan berbagai masakan. Bahkan nikmat pula memakannya tanpa nasi. Kalau sedang kangen berat dengan telur asin, saya bisa menggado dua-tiga butir sekali makan. Ups, kalap!
Di Jawa Tengah, daerah Brebes terkenal sebagai penghasil utama telur asin. Industri telur asin di Brebes cukup meluas hingga tersedia berbagai pilihan kualitas telur asin.
Masing-masing produsen memiliki cap sendiri-sendiri yang biasanya dapat dilihat pada kulit telur. Walaupun selera orang berbeda-beda, telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, "kering" (jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat.
Alhamdulillaah, setiap kali saya sempat mudik, telur asin menjadi incaran utama untuk oleh-oleh kembali ke Kota Tepian Mahakam. Menurut saya, rasa masir pada kuning telur yang gurih, sedikit berminyak dan tidak amis, membuatnya berbeda dengan telur asin dari daerah lain.
Pak Budi pun mengakui bahwa Telur Asin made in Brebes memang enak.
***
 "Belum pernah melihat dan menikmati Telur Asin Brebes." Pak Ali ikut berkomentar ketika saya bertanya apa bedanya telur asin Brebes dengan kota lain.