Sejak Jumat sore, suami mengingatkan bahwa Ahad pagi beliau mengajak saya turut serta jalan pagi di Gelanggang Olahraga (GOR) Sempaja - Samarinda, bersama dengan komunitas yang beliau ikuti. Tentu saja dwngan sukacita saya menyambut ajakannya, karena sudah hampir sebulan kami tidak berolahraga di sana.
Sebenarnya yang membuat saya semangat adalah tersedianya wisata kuliner dengan aneka jajanan, masakan, minuman dan lapak-lapak UMKM lainnya. Biasanya, usai berolahraga, kami bakal mampir sejenak mencicipi aneka rupa makanan di sana.
Alhamdulillah, rencana tersebut terlaksana di Ahad pagi ini (24/09/2023). Pukul 06.15 WITA, berdua dengan kendaraan bermotor, kami melaju menuju tempat tujuan.
Sebulan lalu saat kami berolahraga di sekitar gelanggang ini, beberapa titik sedang dilakukan perbaikan, yaitu penggantian lantai trotoar di depan jalur gerbang utama dan pengaspalan jalan yang biasa dilalui kendaraan untuk parkir dan track untuk peolahraga.
Namun kini semua sudah tertata rapi, aspal sudah mulus, tampak bersih dan nyaman bagi para pengunjung. Sementara parkiran motor dipindahkan di jalur kiri jalan masuk gerbang utama dan mobil berada di halaman parkir depan gedung serba guna. Rupanya trotoar gerbang utama belum diperkenankan untuk digunakan sebagai tempat parkir kendaraan roda dua sebagaimana biasa.
Penampilan baru yang saya lihat, lapak kuliner dan dagangan lainnya tertata melingkari sisi kanan jalanan gedung utama olahraga. Terpisah antara area penjual baju dan souvenir lainnya, penjual makanan dan minuman, serta stand lain untuk komunitas-komunitas yang mempromosikan program dan jasa.
***
Bergandengan tangan dengan suami memberikan sensasi damai, tenang dan nyaman saat berjalan melintasi area peolahraga. Sesekali ngobrol ringan sembari cuci mata melihat lapak-lapak yang sudah siap menanti para pembeli.
Ah, ini mah ada maksud terselubung, agar usai berolahraga, bakal ngincer mau makan di lapak sebelah mana nantinya.
Baru sekira setengah putaran berjalan kaki, halaman depan Kantor Dispora belum memulai senam bersama. Padahal peolahraga yang berkunjung di sini, sudah siap menanti, duduk berjajar di trotoar sekitarnya. Rupanya kami datang kepagian. Jam menunjukkan waktu 06.45 Wita. Pantas saja, karena senam bersama dimulai pukul 07.00 wita. Akhirnya, kami melanjutkan berjalan lagi, berniat menyelesaikan dua kali putaran mengelilingi GOR.
Foto di atas saya bidik saat berjalan putaran kedua, senam bersama sudah dimulai dwngan panduan instruktur di atas panggung.
Sebelum melanjutkan lintasan putaran kedua, suami menyapa komunitas PAZ Al Kasaw (Pengobatan Akhir Zaman - ) Samarinda yang akan menggelar terapi gratis bagi para pengunjung.
PAZ adalah ilmu metode pengobatan rasional empiris berfokus pada bagaimana membuat tubuh dalam kondisi fitrohnya ke titik 0.0 sehingga badan sehat bebas penyakit.
PAZ sendiri disusun oleh Ustadz Haris Moejahid, Beliau Lulusan Technische Universiteit Delft, Jurusan Aeronoutical Enginering (spesialisasi struktur dan rangka pesawat terbang) Belanda.
Beliau tidak memiliki latar belakang medis atau pernah sekolah kedokteran. Hanya saja, dengan logika engginering dan pernah melanglang buana mencoba berbagai teknik pengobatan untuk mengatasi penyakit yang ada di dirinya.
Kemudian melakukan kajian atas beberapa ilmu pengobatan asli indonesia, kearifan lokal bangsa indonesia. Di susun menjadi metode PAZ Al Kasaw. Info tentang pengobatan dengan cara gerakan terapi tubuh ini, bisa pembaca simak pada tautan artikel yang saya sematkan.
***
Pada putaran kedua berjalan kaki mengitari area GOR, saya beberapa kali berhenti sejenak sekedar mengambil foto-foto yang menarik minat. Betapa tidak?
Aroma masakan menguar dari lapak-lapak masakan di sepanjang track peolahraga yang sedang melakukan jalan sehat. Aneka soto, sate, bakso, mpek-mpek, bakmi kuah dan goreng, dan cemilan lainnya yang sedang dibakar, direbus, digoreng, dipanggang dan teknik masak lainnya, sangat menggoda selera.
Saya pun menyempatkan diri membeli segelas es tebu orange dan sebungkus pentol telur yang lapaknya persis berjejeran. Tersenyum dengan nostalgia yang sejenak berlabuh di benak saya ketika menanti si penjual mwnyiapkan pesanan.
Semasa kecil sebagai 'anak tebu', dahulu saya menikmati manisnya tebu yang Bapak bawakan dari pabrik gula karena berdinas di sana. Atau ketika para pekerja mengangkut tebu-tebu ke atas truk, kami semasa kanak sering diberi masing-masing satu atau dua batang. Setelah dikuliti dan dipotong kecil-kecil, kami akan mengunyah dan menyesapnya.
Namun kini, dengan alat pemeras tebu, saya tinggal meminum air sarinya dengan sedikit es batu. Dinginnya menyegarkan.
***
Saat kembali ke titik kumpul komunitas PAZ, di seberang jalan area peolahraga, ada penyanyi tunggal membawakan lagu-lagu shalawat.
Teringat sekira sebulan lalu, saat berolahraga di sini dan saya mampir ke masjid di area GOR, usai keluar dari toilet dan duduk sejenak di teras untuk mengenakan kaus kaki, tetiba ada dua orang berhijab mendatangi saya.
Mereka memperkenalkan diri sebagai relawan dari SIMAQ yang sedang melakukan kegiatan dakwah yaitu SIMAQ On The Street bertujuan mengajak masyarakat gemar membaca Al-Qur’an agar bersama sama memberantas buta aksara Al-Qur’an.Â
Terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan, diantaranya: Stand klinik Al-Qur’an, Check bacaan Al-Qur’an on the street, Al-Matsurat pagi bareng, bagi-bagi brosur belajar tahsin dan olahraga bareng.
Mereka pun meminta izin kesediaan saya untuk cek bacaan Surah Al-Fatihah. Saya bersedia dan membacakan sesuai kemampuan bertilawah. Alhamdulillah, mereka menilai bahwa bacaan saya sudah tartil sesuai tajwid, hanya ada satu koreksi agar lebih memperhatikan makhrajul huruf shaad (ص) dan sin (س).
Namun di Ahad pagi ini, saya tidak bertemu komunitas SIMAQ mengadakan ngaji on the street.Â
***
Kini waktu telah menunjukkan pukul 09.20 WITA. Kami pun pamit dengan komunitas dan melanjutkan agenda berikutnya, sarapan pagi.
Suami berkenan mengikuti pilihan saya, apalagi kalau bukan Soto Banjar. Makanan berkuah yang menyegarkan. Meski sebenarnya pengen mencicipi Cumi Bakar, tapi saya turut mengalah karena suami tak terlalu menyukai menu seafood.
Selesai menikmati semangkuk Soto Banjar dan segelas teh hangat, tak komplit rasanya bila tak membawa buah tangan ke rumah.
Pilihan suami jatuh pada pisang goreng dan ketela dengan aroma wangi vanila. Favorit saya adalah jamu kunyit asam dan potongan buah segar.
Kembali kami berjalan bergandengan tangan menuju tempat parkir. Rasa bahagia menyelimuti hati menikmati Ahad pagi berdua dengan pasangan. Bismillaah, hepi jiwa dan raga bisa 'we time' ria.
Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, menikmati semilir angin, boncengan berdua dengan bermotor begini, tentu peluk suami jadi makin syahdu. Gak peduli cucian baju menanti.
Salam sehat dan selalu bahagia!
***
Artikel 86 - 2023
#Tulisanke-531
#ArtikelHealthy
#ArtikelSiskaArtati
#OlahragaAhadPagi
#Kulineran
#GORKadrieOening
#NulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H