Hmm... sensasi lezat di lidah lebih terasa. Saya hanya membubuhkan sedikit kecap saja di sebagian campuran nasi dan kuah tongseng.
***
Selang tak lama, pesanan sate datang menghampiri meja kami. Wah, tampilannya sederhana, tapi aromanya memikat. Harum daging dan lemak yang dibakar dengan bumbu kecap, benar-benar membuat nafsu makan makin meningkat!
Begitu ambil satu tusuk sate lemak dan mwnggigitnya, masyaAllah, lembut banget, manis dan gurih sesuai bayangan dan harapan saya. Ehhhmm, enak banget! Teman saya pun setuju dengan pendapat saya.
Berbeda dengan sate daging sapi temtunya. Tampilan sih seperti keras karena dibakar. Tidak gosong, lebih pada merata bumbu kecapnya menutupi seluruh permukaan daging. Saat digigit dan dikunyah, alhamdulillah, ternyata lembut di dalam.Â
Bisa bahaya nih kalau saya nambah sate lemaknya, ha ha ha! Ya, musti ingat-ingat koleterol dalam tubuh, secukupnya saja, ya.
Wah, kami berdua dengan happy menikmati santap siang, sembari mengobrol ringan soal kesehatan gigi, gegara saling tukar cerita tentang kekuatan gigi dalam mengunyah daging.
Siang ini, semua sate tinggal tusuknya saja. Tongseng pun tinggal menyisakan mangkuk. Ludes! Saking enaknya untuk ukuran lidah kami. Lha kan kari mangan, yooow.
Nah, untuk pembaca yang mau jalan-jalan ke Samarinda dan pengen kulineran menikmati tongseng dan sate daging sapi, monggo mampir ke warung Hj.Neneng ini.
Selamat makan!