Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sempat Terlantar, Akhirnya Skripsi Kelar!

2 Juni 2023   09:52 Diperbarui: 2 Juni 2023   09:57 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://www.liputan6.com/hot/read/4526156

Angkatan '91 antri bimbingan skripsi? Pengen cepet lulus? Lha, angkatan '87 saja belum pada selesai, tuh!


Demikian celetuk salah satu dosen saat teman seangkatan keluar dari ruang jurusan, diiringi senyum dan tawa beberapa mahasiswa di ruang tunggu. Ya, beberapa teman dan kakak kelas berbagai angkatan yang sedang antri menunggu giliran pembimbingan turut mendengar. 

"Ya lah, pengen cepet lulus, ngapain juga lama-lama kuliah, emang situ yang bayar uang semester dan biaya ngekost," teman balas nyletuk berbisik, khawatir terdengar Sang Dosen. Saya mung ngikik saja. Menjalani proses sesuai tahapan semester yang dijalani.

Saat itu sekitar tahun 1994-1995-an, usai kelas seminar dijalani di semester tersebut.

***

Saya terbetik menulis artikel diary tentang skripsi, setelah membaca unggahan artikel tentang hal ini oleh Mbak Yunita Kristanti. Saya setuju dengan beliau, kata kuncinya adalah selesaikan!

Sependek ingatan saya saat kuliah di era 1990-an, sebelum mengajukan skripsi, mahasiwa menjalani mata kuliah Seminar. Kami mendapat kesempatan mengajukan tiga judul calon skripsi dan menyusun Bab Satu - Pendahuluan.

Mata kuliah ini boleh diikuti oleh angkatan berapapun di satu jurusan fakultas. Di sanalah calon skripsi tersebut didiskusikan oleh seluruh peserta. Pada akhir mata kuliah selesai, dosen menyampaikan judul yang disetujui sebagai calon skripsi. Saat yang mendebarkan pertama adalah pengumuman nama-nama dosen pembimbing. 

Selanjutnya, kami pun bersiap silaturahim dan memperkenalkan diri ke dosen masing-masing untuk proses pembimbingan. Alhamdulillaah, saya mendapatkan 3 dosen yang kooperatif, meski salah satunya terkenal sebagai bu dosen killer. Tapi biarlah, qadarullah, jalani saja. Tiap orang kan punya kekhasan dan kisah bimbingan masing-masing.

***

Saya jalani bimbingan skripsi dengan riang meski batin dan fisik lelah juga harus bolak balik revisi sesuai apa maunya dosen. Kesabaran harus dijaga, mau nangis juga buat apa, nggak akan menyelesaikan masalah, karena harus tetap dikerjakan. Yang bikin senewen apabila 2 dosen setuju, 1 dosen tidak setuju dengan teori yang saya gunakan sebagai rujukan dan opini yang diajukan.

Zaman itu, saya mengerjakannya dengan mesin ketik, belum mengenal dan menggunakan komputer. Saya pakai kertas buram, membiarkan isi kepala yang tertuang dalam skripsi dicoret-coret dosen sebagai bahan koreksi. Jika ketiga pembimbing sudah menyatakan setuju dan sepakat, baru saya ketik rapi menggunakan kertas putih ukuran 80 gram

Bersamaan dengan masa menjalani skripsi hingga Bab 3 yang berisi isi inti penelitian, saya menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN). Teman-teman seangkatan menyiasati dengan konsultasi bimbingan di hari Jumat dan Sabtu di kampus, senin hingga kamis balik ke tempat KKN.

Tidak dengan saya, tetap fokus menjalankan tugas KKN selama tiga bulan. Ndilalah, pernah mencoba konsul bimbingan seperti itu, eh, dosen pembimbing juga keliling luar kota mendampingi mahasiswa KKN di akhir pekan. Jadilah saya melanjutkan konsul setelah KKN benar-benar selesai.

***

Rasa malas mulai menyerang, ketika harga kertas satu rim mulai beranjak naik di tahun 1996. Saya berburu kertas bekas di kantor-kantor sekitar Asrama Putri tempat saya ngekost. Bagian belakang kertas yang sudah tidak terpakai, bisa saya gunakan untuk mengetik naskah skripsi. 

Baca juga: Delapan Tahun Ngekost di Asrama Putri, Persahabatan Terjalin Hingga Kini

Di tahun 1996, saya mulai menggunakan komputer dengan sistem operasi MS-DOS. Belum mengenal MS Word seperti sekarang ini. Biaya skripsi makin bertambah, yaitu beli disket tipis dan tebal untuk menyimpan file skripsi.

Karena biaya tambahan inilah, saya beranikan diri melamar pekerjaan dengan niatan mendapatkan uang saku tambahan. Akhirnya, saya mendapat pekerjaan pertama sebagai pengalaman, yaitu menjadi Penyiar Radio.

Niat awal kerja, gaji penyiar buat beli kertas dan disket untuk skripsi. Eh, ternyata malah keasyikan kerja dan menikmati kebersamaan dengan para fans radio. Skripsi hampir tak tersentuh. Kalau pun saya ke kampus, itu pun untuk kegiatan yang lain, bukan untuk konsul skripsi.

Tahun 1997, harga kertas makin menjulang. Seingat saya, yang tadinya 1 rim harga delapan ribu-an, bisa jadi dua puluh ribuan lebih. Harga-harga mulai melambung naik. Kiranya krisis moneter melanda. Iklan mulai jarang masuk radio. Hanya satu dua saja. Tempat saya bekerja pun, mulai bayar gaji rapelan.

Akhirnya, dengan semangat yang tersisa dan dukungan kawan-kawan yang sudah lulus, saya mulai menyentuh lagi skripsi yang terlantar.

Hampir tiga bulan penuh saya full-kan stamina untuk ngetik skripsi di rental komputer, dari pagi hingga sore bersama kawan seasrama yang memili tekad yang sama: skripsi harus selesai!

Bolak-balik kampus nggenjot sepeda, terkantuk-kantuk menunggu giliran bimbingan. Kadang sudah ikut antri, eh, tetiba dosen pulang gak bilang-bilang dari awal. Besoknya datang lagi ke kampus sedari pagi, tak apa dapat giliran siang, pokok-e niat satu: kudu rampung!

Qadarullah, satu dosen mengalami sakit dan bedrest. Saya tak hanya bolak-balik kampus, tapi juga ke rumah Sang Dosen yang harus ganti angkot dua kali sekali jalan. Biaya lagi, meh piye meneh.

Semua saya jalani dengan ikhlas meski capek lahir batin. Doa dari keluarga, utamanya Ibu, juga dari kawan-kawan senasib yang berjuang dengan pembimbingan, membuat saya bertekad menyelesaikannya.

Akhirnya serius lima bulan sejak saya menyentuh kembali skripsi yang sempat terlantar, Bab 1 Pendahuluan hingga Bab 5 Penutup disetujui oleh ketiga dosen. Saya persiapkan kembali sebaik mungkin naskah skripsi dengan menyusunnya mengunakan ketikan yang rapi, masih pake MS-DOS. Sehubungan rental komputer langganan belum menggunakan MS.WORD.

Saya mengejar jadwal ujian sidang dua pekan lagi saat itu. Alhamdulillaah saya bisa mempresentasikan skripsi pada dosen penguji. Selamatnya, dosen killer yang seharusnya bedrest, menyemlatkan hadir ke kampus, hanya menguji sekitar 5 mahasiswa termasuk saya. Biasanya sidang bersama beliau rerata bisa lebih dari setengah jam. Saya dapat kesempatan 10 menit saja!

Itu pun hanya tanya jawab dan diskusi ringan berkaitan dengan hasil penelitian. Saya tidak dicecar pertanyaan yang njlimet dari beliau, berbeda dengan dua dosen lain yang sudah menguji saya dua hari sebelumnya.

Dengan lega hati, saya tumpahkan air mata bahagia keluar dari ruang sidang. Disambut pelukan sahabat saya yang sudah lulus kuliah dan berkenan menyempatkan diri menemani saya ujian. "Ra sah nangis, langsung urus semua urusan buat wisuda bulan depan," ujar sahabat.

Satu bulan berikutnya, saya menjalankan wisuda dengan keharuan. Sangat berkesan, karena untuk pertama kalimya di Upacara Wisuda Universitas, hanya berlangsung dua jam saja, biasanya bisa dari pagi sampai jelang sore. Ini karena keadaan kondisi negara sedang genting di suasana Mei 1998. Rektor Universitas pada waktu itu adalah juga seorang menteri, sehingga tidak bisa berlama-lama di kampus dan harus segera kembali ke Jakarta.

Sampul Penyerahan Ijazah Sarjana dan Transkip Nilai  (Dok.Pri)
Sampul Penyerahan Ijazah Sarjana dan Transkip Nilai  (Dok.Pri)

Gelar sarjana ini, saya niatkan untuk kedua orang tua tercinta, juga seluruh keluarga besar yang membantu dan mendukung saya untuk meraihnya. Doa terbaik saya panjatkan buat mereka.

Juga kepada para dosen dan kawan-kawan yang merasakan gedabak-gedebuknya ber-skripsi ria. Sempat terlantar, akhirnya skripsi kelar! Bersyukur dinyatakan Lulus dengan predikat Sangat Memuaskan. 

Alhamdulillaah

Sampai sekarang, jika mimpi datang ke kampus dan ketemu dosen umek coretan skripsi, alam bawah sadarku berteriak: helllow..?! Aku wes wisuda, kok jeh bimbingan ae tho?

Aku moh mbaleni maneh, cukup pisan wae. 😅

Salam sehat dan senantiasa bahagia!

***

Artikel 50 - 2023

#Tulisanke-495
#DiarySiskaArtati
#Skripsi
#LulusKuliah #CaraMembuatSkripsi
#NulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun