Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Putus Sekolah Tapi Tak Pupus Meraih Cita

5 Mei 2023   11:55 Diperbarui: 5 Mei 2023   12:22 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: radarbromo.jawapos.com

Sependek ingatan saya, saat kami semua naik ke kelas empat, hanya Ana yang tidak naik kelas untuk kedua kalinya. Sehingga orang tuanya memutuskan agar Ana tidak melanjutkan sekolah lagi. Dengan alasan, malu dengan teman-teman sebayanya yang sudah hamlir lulus sekolah dasar, malu tidak terima dengan baik oleh kawan-kawan yang tak sebaya karena tertinggal kelas, dan mentalnya yang labil karena kondisi kepribadian dan kesehatan jiwanya.

Seiring perjalanan waktu, Ana menikah saat saya mengenyam sekolah menengah atas. Ia berusaha menyembuhkan dirinya yang suka meracau dengan mengobrol dan menyapa sesama tetangga dan mohon bantuan agar ia bisa diperhatikan layaknya manusia normal biasa. Dengan tenaga semampu dan sekuatnya, ia sering membantu kegiatan warga setempat. 

***

Kisah kedua adalah simbok pijat langganan saya. Mak Ngat, demikian saya memanggil namanya sebagaimana saat kami pertama berkenalan. Hampir tiga belas tahun lebih saya berlangganan jasa beliau untuk urut atau pijat badan di saat raga sedang keletihan.

Pernah suatu ketika tanpa sengaja, saya perhatikan bahwa nomer kontak di gawainya hampir tidak tersimpan nama. Mak Ngat jarang membalas pesan singkat yang saya kirimkan. Jadi, lebih baik langsung telpon saja saat membutuhkan jasanya.

Hingga pada beberapa bulan lalu, ia memiliki gawai android masa kini. Dapat hadiah dari anak, katanya. Lagi-lagi, saat ia menerima telpon, hanya jajaran angka-angka saja yang tertera.

Ketika saya tanyakan mengapa tidak disimpan saja nomer itu dengan nama si pemilik, "Kulo mboten saget nulisaken," jawabnya polos. (Saya tidak bisa menuliskannya). "Paling nggih nomer anak kulo mawon, sing nuliske lare kulo." (Paling ya nomer anak saya saja, yang menuliskan anak saya).

Sambil memijat tubuh saya, mengalirlah secuil kisah dalam episode kehidupan Mak Ngat. Semasa kelas satu sekolah dasar, baru beberapa bulan menikmati bangku pendidikan, ia mengalami perundungan. Sering dipukuli saat pulang sekolah, diludahi teman sebaya atau kakak kelas di jam-jam istirahat, ditimpuk penghapus dan berbagai tindakan yang tidak menyenangkan.

Sejak saat itu, ia takut setiap kali hendak berangkat sekolah. Tak ada yang melindunginya dari perundungan. Ia hanya bisa menangis setiap kali mengikuti pelajaran. Selalu cemas memikirkan bagaimana keadaannya pulang sekolah nanti. Akhirnya Mak Ngat tidak mau sekolah lagi. Putus sekolah saat kelas satu SD. Saya miris mendengarnya.

Beliau mengakui, hanya bisa membaca terbata-bata, bisa menulis abjad, tapi belum paham sepenuhnya menyambungkan kata atau kalimat. Perjalanan hidupnya ia jalani tetap dengan rasa syukur. "Sing penting sehat, seger, waras, kulo nyambut ndamel mung modal jujur." Demikian ia menutup kisahnya. (Yang penting sehat, segar, sehat akal, saya bekerja hanya modal jujur).

Selama bertahun-tahun kerja serabutan dengan menerima pekerjaan bebersih rumah orang dan memijat para pelanggannya, kumpulan penghasilan Mak Ngat lumayan besar hingga bisa membangun rumah di kampung halamannya, ditempati oleh Ibu dan sanak saudara di Jawa Timur. Kini ibunda beliau sudah berpulang ke rahmatullaah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun