Nah, dari kalangan pendidik, Kartini di Kompasiana yang saya kagumi adalah Bunda Yuli Anita dan Bunda Siti Nazarotin. Yang satu Guru Matematika, sedang satunya lagi adalah Guru Pendidikan Agama Islam (PAI).
Matematika adalah pelajaran momok bagi saya, tapi menjadi sangat ciyeh-ciyeh ketika menyimak pelajarannya melalui penjelasn Bunda Yuli. Saya seakan siswa yang terlahir kembali ke masa sekolah dulu. Beliau sangat piawai mentransfer ilmu pengetahuannya dengan cara kekinian.
Begitu pula dengan Bunda Siti Nazarotin. Sering kita temui resep masakan pada artikel beliau di Kompasiana. Namun di tengah kesibukan mengajar, beliau menulis dan membimbing sesama para pendidik agar menyajikan tulisannya pula di Kompasiana.
Beliau juga tak segan berbagi ilmu dengan membuat siniar seserhana dan mengunggah liputan mengajar di kanal youtubenya. Semangat beliau sungguh luar biasa. Bahkan di kala senggang, kami sempat berkolaborasi membuat puisi, rekaman suara, lalu beliau menayangkan hasilnya di youtube.
Nah, ada pula Ibu Rumah Tangga yang peduli dengan dunia pendidikan yaitu Mbak Yana Haudy. Beliau baru saja mendapat apreaiasi pemenang pertama event kepenulisan kerjasama Kompasiana dan Kemendikbudristek. Saya pun dibuat kagum padanya tulisan-tulisannya.
Opini yang beliau sampaikan di setiap unggahan, nudah dicerna oleh saya. Diksi yang digunakan sangat menarik dan menggugah pembaca untuk sepaham dengannya. Tak salah jika beliau mendapat anugerah sebagai The Best in Opinion Kompasianival 2022.
Mbak Wahyu Sapta adalah Kartini di Kompasiana selanjutnya yang juga saya kagumi. Sering menyajikan resep masakan, wisata kuliner juga cerpen atau puisi. Wanita muda yang menetap di Semarang ini menjadi tombo kangen saya dengan Kota Lumpia.
Beliau pun konsisten dengan artikel yang disajikan dengan tayangan foto yang apik, terutama dari bunga-bunga hasil tanaman pribadi yang sangat unik dan indah.
Nah, kalau dengan Bu Isti Yogiswandani, sosok ini membuat saya terhibur dan dibuat kagum di setiap tulisannya.Â
Betapa tidak? Obrolan ringan bersama suami, entah soal jalan-jalan tipis di kota, kulineran, bersepeda, semangkuk bakso, wes tho, opo wae so dasi tulisan apik di tangan beliau. Gak njlimet, gak kakeyan teori. Ngalir apa adanya. Tulisan yang renyah dan asyik sampai akhir. Semoga akun beliau bisa segera membiru kembali, aamiin.
Sebagai penutup, tak lengkap rasanya bila saya belum menyebut nama Mbak Lilik Fatimah Azzahra. Seorang ibu yang gigih dalam mendampingi anak-anaknya menuju cita-cita yang didambakan hingga meraih kesuksesan.