Untuk lebih rinci mengetahui tentang perbedaan istilah shaum dan shiyam, silakan pembaca dapat menyimak penjelasannya di sini
***
Shaum atau berpuasa merupakan sarana paling tangguh untuk membantu kita menekan hawa nafsu, pula sebagai sarana pensucian jiwa.Â
Kita berupaya untuk menahan lisan dari perbincangan yang sia-sia, mencela, atau menyerang kehormatan orang lain. Bisa jadi tak hanya lisan saja, tetapi juga jemari kita sebagai penyambung lisan untuk menahan diri dari menyebar ghibah (menceritakan kejelekan atau aib orang) dan namimah (mengadu domba) ke tengah masyarakat.
Puasa juga mengupayakan kita untuk dapat menundukkan tipu daya, pengkhianatan, kecurangan, muslihat, serta mencegah upaya melakukan perbuatan keji, memakan riba, menyuap dan memakan harta manusia dengan cara yang bathil serta berbagai macam penipuan.
Selain itu, puasa juga mendorong umat muslim untuk sesegera mungkin mengerjakan perbuatan baik, seperti salat tepat waktu, mengerjakan sunah sebagaimana diajarkan oleh Rasulullaah SAW, menyiapkan zakat dengan cara yang benar serta menyalurkan kepada pihak-pihak yang telah ditentukan oleh syari’at Islam.
Seorang muslim yang berpuasa juga akan berusaha mengeluarkan sedekah serta melakukan hal-hal yang bermanfaat, berkeinginan keras untuk memperoleh rezeki yang halal dan menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan keji.
Dengan demikian, di dalam puasa itu terkandung banyak rahasia yang sangat agung. Di antara rahasia dan manfaat puasa yang tampak jelas adalah sebagai berikut:
1. Puasa merupakan metode yang mantap untuk melakukan perubahan.
Di antara manfaat puasa yang agung adalah sebagai sarana menyiapkan seorang muslim agar mampu melakukan perubahan pada dirinya sendiri. Perubahan menuju kebaikan dengan melakukan hal kebajikan dan yang bermanfaat untukndiri dan lingkungannya.
Melalui ibadah puasa sehari-hari, dia dapat menahan diri dari setiap hal yang dia sukai dan cintai. Tidak mengubar syahwat dan nafsunya. Mengatakan 'tidak' pada hal-hal yang dilarang ahar mendapatkan keridaan Allah Swt.
Jika seorang muslim mampu mengatakan hal tersebut, berarti dia telah berhasil mewujudkan kehormatan dan kedudukan yang tinggi atas syahwat dan ketamakannya. Â