Nah, pada suatu wilayah di tepi jalan poros Jogja-Magelang yang terdapat banyak kios kerajinan batu dari Gunung Merapi, kami menyempatkan diri untuk singgah sejenak dan melihat-lihat kerajinan yang dipajang dari kios ke kios.
Kakak saya sengaja membeli beberapa buah cobek dan hiasan bebatuan untuk taman di rumahnya. "Nggak sekalian beli kado untuk sahabatmu yang mau menikah dengan membeli di sini?" Kakak bertanya sekaligus menawarkan ide.
"Belikan cobek dan ulegan, lalu bungkus dengan kreneng, malah jadi kado unik, tho. Kata orang, kalau ngasih kado kayak gitu, si pengantin bakal cepet dapat momongan." Tambah kakak saya sambil tertawa kecil.
Baca juga:Â "Kamasutra" di Atas Meja Kerja"
Saya pun setuju dengan ide kakak. Saya memilih tiga buah cobek, terdiri dari bentuk bulat besar, bentuk ikan dan bintang segi lima. Saya hanya membeli 1 ulegan saja untuk pasangan cobek bulat.Â
Cobek bentuk ikan dan bintang ukurannya sedang dan kecil, sebagai penghias tatakan saat makan bersama dengan menu sambal yang bisa disajikan di atasnya.
Saya tertawa juga, membayangkan reaksi sahabat ketika nanti menerima hadiah ini. Pemilik kios membungkusnya dengan kreneng dengan serapi dan sekuat mungkin.
Seperti yang saya kutip dari Wikipedia, Kreneng adalah alat yang terbuat dari batang pohon bambu. Proses pembuatannya dengan cara batang bambu dibelah hingga tipis sehingga mudah untuk dianyam. Bentuk anyaman dibuat jarang-jarang atau tidak rapat sehingga air dan kotoran dapat mudah terbuang.
Saat membeli bunga-bunga untuk tabur makam ziarah, kreneng juga sering digunakan sebagai wadahnya.
Jadilah kado perkawinan itu kami antarkan menuju rumah sahabat di Kota Jenang. Sengaja saya tidak membungkusnya, biar sahabat langsung melihatnya.
Benar saja! Setelah berpeluk, temu kangen dan berbincang berkenaan dengan pernikahannya, saya pun menyerahkan kado tersebut padanya.