Admin Kompasiana mengajukan Topik Pilihan Tentang Hadiah Pernikahan. Tetiba saya tertawa haru mengingat suatu masa saat memberi hadiah perkawinan untuk seorang sahabat yang notabene telah menemani keseharian masa kuliah dan tinggal bersama di Asrama Putri.
Sebelum saya ceritakan kisah rersebut kepada Anda - Para Pembaca, Hari Ahad lalu kami mendapatkan dua undangan pernikahan  dari kawan-kawan suami. Beliau memutuskan untuk bisa menghadiri kedua undangan tersebut dan memastikan bahwa kondisi saya kuat dan sehat, sehubungan jarak tempuh yang lumayan meski tempat acara masih di dalam kota.
Ya, saya setuju dengan masyarakat pada umumnya. Bahwa memberikan hadiah pernikahan yang paling simpel adalah berupa uang dengan jumlah nominal tertentu yang kita masukkan ke dalam amplop.
Bisa jadi ada juga yang melakukan pemberian tersebut melalui transfer atau dana digital. Namun ada pula yang memilih memasukkan amplop pada tempat yang disediakan oleh para penerima tamu di jajaran meja registrasi.
Nah, demikian halnya pada dua undangan perkawinan ahad lalu, kami juga menyelipkan amplop dengan sejumlah uang sebagai hadiah untuk dua pasang mempelai pada dua tempat yang berbeda.
***
Tentang hadiah perkawinan dari saya untuk sahabat yang tersampaikan di awal artikel, begini kisahnya.
Sependek ingatan saya, di masa masih tinggal di Kota Lumpia dan bekerja sebagai penyiar radio, kakak perempuan saya yang bersuamikan asal Muntilan (Kabupaten Magelang, Jawa Tengah) mengajak saya liburan sejenak ke rumah mertuanya di sana.
Jadilah keluarga mereka berangkat dari Tangerang mampir menjemput saya, lalu melanjutkan perjalanan ke arah Magelang. Selama kurang lebih 4 hari, kami sempatkan berwisata ke Borobudur, silaturahim dengan keluarga kakak ipar, dan menikmati kuliner khas Muntilan.
Nah, pada suatu wilayah di tepi jalan poros Jogja-Magelang yang terdapat banyak kios kerajinan batu dari Gunung Merapi, kami menyempatkan diri untuk singgah sejenak dan melihat-lihat kerajinan yang dipajang dari kios ke kios.
Kakak saya sengaja membeli beberapa buah cobek dan hiasan bebatuan untuk taman di rumahnya. "Nggak sekalian beli kado untuk sahabatmu yang mau menikah dengan membeli di sini?" Kakak bertanya sekaligus menawarkan ide.
"Belikan cobek dan ulegan, lalu bungkus dengan kreneng, malah jadi kado unik, tho. Kata orang, kalau ngasih kado kayak gitu, si pengantin bakal cepet dapat momongan." Tambah kakak saya sambil tertawa kecil.
Baca juga:Â "Kamasutra" di Atas Meja Kerja"
Saya pun setuju dengan ide kakak. Saya memilih tiga buah cobek, terdiri dari bentuk bulat besar, bentuk ikan dan bintang segi lima. Saya hanya membeli 1 ulegan saja untuk pasangan cobek bulat.Â
Cobek bentuk ikan dan bintang ukurannya sedang dan kecil, sebagai penghias tatakan saat makan bersama dengan menu sambal yang bisa disajikan di atasnya.
Saya tertawa juga, membayangkan reaksi sahabat ketika nanti menerima hadiah ini. Pemilik kios membungkusnya dengan kreneng dengan serapi dan sekuat mungkin.
Seperti yang saya kutip dari Wikipedia, Kreneng adalah alat yang terbuat dari batang pohon bambu. Proses pembuatannya dengan cara batang bambu dibelah hingga tipis sehingga mudah untuk dianyam. Bentuk anyaman dibuat jarang-jarang atau tidak rapat sehingga air dan kotoran dapat mudah terbuang.
Saat membeli bunga-bunga untuk tabur makam ziarah, kreneng juga sering digunakan sebagai wadahnya.
Jadilah kado perkawinan itu kami antarkan menuju rumah sahabat di Kota Jenang. Sengaja saya tidak membungkusnya, biar sahabat langsung melihatnya.
Benar saja! Setelah berpeluk, temu kangen dan berbincang berkenaan dengan pernikahannya, saya pun menyerahkan kado tersebut padanya.
"Opo iki, Sis? Lha kok abot banget?" Sembari ia menerima kreneng dari saya. (Apa ini, Sis? Kok berat sekali?)
"Ya, Allah, pantesan! Cobek tah?" Matanya berbinar kaget disusul dengan pecah tawa. Namanya juga cobek asli batu gunung, ya pasti berat.! Apalagi 3 biji dengan ukuran yang berbeda.Â
"Semoga berkenan dan bermanfaat untuk mengawali aktivitas berumah tangga," ujar saya masih tertawa bahagia.
"Ya, Dek. Supaya cepet dapat momongan, kata orang," Kakak menimpali.
Sahabat saya mengucapkan terima kasih. Ini kado unik yang diterimanya dari kawan-kawan. Begitu juga dengan saya, untuk pertama kalinya, memberi kado yang tak umum.
***
Iseng siang tadi saya berbincang melalui aplikasi perpesanan dengan sahabat, apakah cobeknya sampai sekarang masih ada dan digunakan?
Ia menjawab, masih. Bahkan selalu ingat pemberian unik tersebut.
"Cobek yang besar bulat masih ada. Yang bentuk Ikan, aku kasihkan ke iparku. Karena pas awal menikah ia juga belum punya." Katanya.
"Dan bener kata mbakyumu, setelah menerima kado dan doa dari kalian, beberapa bulan kemudian aku lantas mengandung, cepet entuk momongan," tulisnya disertai ikon tertawa di aplikasi perpesanan.
Nah, ipar sahabatku ini adalah kawan yang juga dulunya tinggal satu asrama dengan kami. Jodoh gak jauh-jauh ya, dapatnya dari keluarga sahabat sendiri.
MasyaAllah, saya pun tak menyangka kado dari kami masih setia menemani aktivitasnya sebagai ibu pekerja dan ibu runah tangga kurang lebih 23 tahun ini. Alhamdulillaah.
Lalu, bagaimana dengan kado unik yang pernah Anda pernah berikan kepada para mempelai?
Silakan berbagi cerita singkat di kolom komentar ya.
Salam sehat dan selalu bahagia!
***
Artikel 13 - 2023
#Tulisanke-458
#HadiahPernikahan
#CobekdanUlegan
#ArtikelSosialBudaya
#NulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H