Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengenal Sejarah Kota Tepian Mahakam Melalui Museum Samarinda

24 Desember 2022   11:09 Diperbarui: 24 Desember 2022   17:10 1432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudut koleksi alat musik tradisional dan alat tenun sarung khas samarinda (bidik layar koleksi museum - Dokumentasi pribadi)

Guci koleksi museum tersebut merupakan pemberian dari Drs. H.Said Safran yang pernah menjabat sebagai Bupati Kutai Kartanegara pada tahun 1989 - 1994.

Beralih ke tas gendong bayi dengan motif khas dayak berupa manusia mirip bayi disebut dengan Bening Dayak. Biasa digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Suku Dayak yang ada di wilayah Kalimantan Utara, utamanya ibu-ibu dari Suku Dayak Kenyah dan Bahau. 

Bening digunakan untuk menggendong bayi mereka pada saat awal usia 6 bulan sampai dengan 1,5 tahun. Cara menggunakannya seperti menggunakan tas ransel, berada di punggung sang ibu, dikaitkan dengan tali pengait ke lengan. 

Posisi bayi digendong sang ibu menghadap ke depan sehingga seluruh tubuhnya menghadap punggung ibunya.

Berikutnya ada koleksi museum berupa hiasan kepala pada manekin pengantin laki-laki dan perempuan pada foto tersebut adalah Bluko.

Bluko merupakan penutup kepala yang dilengkapi dengan berbagai aksesoris khas Dayak, bentuknya bulat menutup berwarna kecoklatan dilapisi pernak pernik warna khas Dayak Kenyah. Tepat di depan Bluko serupa tengkorak bermata dua, dan dihiasi jambul bulu Burung Enggang dan Tebun menjulang tinggi.

Sejarah Pemimpin Kota Samarinda dari masa ke masa (Bidik Layar Koleksi Museum - Dokumentasi pribadi)
Sejarah Pemimpin Kota Samarinda dari masa ke masa (Bidik Layar Koleksi Museum - Dokumentasi pribadi)

Selain itu, museum juga menampilkan sejarah pemimpin Kota Samarinda dari masa ke masa, mulai dari Walikota Pertama Samarinda pada tahun 1960-an hingga Walikota terkini yang akan berakhir masa jabatannya pada tahun 2024.

NakDis antuasias membaca isi sejarah walikota yang terpampang di tembok besar salah satu sudut museum, karena ada nama-nama yang dia tahu dari beberapa nama jalan di Samarinda. Melalui koleksi museum, kami berdua menjadi tahu wajahnya dan masa kepemimpinan mereka.

Berlanjut ke koleksi lainnya seperti foto-foto tempo doeloe dari tahun ke tahun, barang-barang kerajinan suku dayak, pedang atau mandau (alat tradisional perang khas Kalimantan), dan baju tradisional suku dayak yang sudah dimodifikasi. Serta foto-foto era 2000-an hingga sekarang yang menyajikan proses pembagunan Kota Samarinda.

Sudut koleksi alat musik tradisional dan alat tenun sarung khas samarinda (bidik layar koleksi museum - Dokumentasi pribadi)
Sudut koleksi alat musik tradisional dan alat tenun sarung khas samarinda (bidik layar koleksi museum - Dokumentasi pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun