Ada pula ibu-ibu lain yang secara pribadi meminta ibu ubtuk membuat kue kering untuk di kudapan di rumah mereka. Lebih-lebih jelang hari raya, saya harus siap-siap pegel tangan lan sikil. Membantu ibu mengadon resep, memoles kuning telur di tiap kastangel dan nastar, menggulunglemper dengan daun pisang. Pula mencuci alat-alat masak dan perlengkapan lainnya. Plus, mengantarkan pesanan tersebut dengan jalan kaki atau bersepeda. Komplit!
"Jangan dirasakan capeknya. Itu sudah resiko kerja dan usaha. Dapat duit juga buat siapa kalau bukan untuk kamu dan mbak-mbakmu sekolah," hibur Ibu menyemangatiku kalau sudah merengek kecapekan.
Namun, lihatlah! Wajah Ibu tetap mengumbar ceria, hepi saja melakukannya, karena ada tersemat doa untuk keberlangsungan hidup kami dalam mencari nafkah yang takhanya mengandalkan pensiunan Bapak.
***
Begitu pula dengan berkebun. MasyaAllah, deh! Ibu rajin banget merawat tanaman buah atau tanaman hias lainnya.Â
Saat kami maaih tinggal di rumah sendiri di kampung, halaman rumah penih dengan tanaman dan pohon buah. Ada mangga, jambu air, jambu bangkok, belimbing wuluh, jeruk nipis, dan pohon pisang. Hampir semuanya Ibu yang mengurusnya.Â
Mulai dari menggemburkan tanah, pupuk alami, menyiangi rumput. Saya kebagIn menyiram bunga dan seluruh tanaman di sore hari. Atau terkadang menyapu halaman membersihkan dedaunan yang rontok.
Hasil panen buah, selain dinikmati untuk ekluarga sendiri, Ibu berbagi dengan tetangga sekitar.
Oiya, saya teringat!
Ibu juga sesekali menjahit membuat baju untuk saya, yerutama untuk baju lebaran. Itu di masa saya sampai jelang remaja.
Hobi lainnya adalah membuat kerajinan tangan dari kruistik. Beberapa karya ibu ada dipajang di rumah kakak, ada juga yang di pajang di rumah sahabat Ibu karena mereka memesan pembuatannya pada beliau.