Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Salam Hangat dari Kota Tepian Mahakam

14 Desember 2022   07:25 Diperbarui: 17 Desember 2022   04:45 2146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kapal Wisata membelah Sungai Mahakam (sumber: tribunkaltimtravel.tribunnews.com)

Pembaca tentu tidak asing dengan salam sapa dari saya yang sering tersemat pada kolom komentar atau pada artikel yang saya unggah dengan kalimat yang saya jadikan judul tersebut.

Ya, sejak pertengahan tahun 2000, saya merantau dari Pulau Jawa menuju Pulau Kalimantan, tepatnya ke jantung ibukota Kalimantan Timur, yaitu Kota Samarinda.

Hijrahnya saya ke kota ini, selain berniat untuk menemani kakak yang terlebih dahulu merantau sejak awal masa mereka menikah di sekitar tahun 1986, juga untuk mendapatkan pengalaman kerja yang lebih baik.

Pertama kali saya datang ke kota ini, sungguh saya takjub dengan Sungai Mahakam yang menjadi ikonik Samarinda, karena sungai ini membelah kota dari hulu ke hilir.

Selama menjadi siswa dan mahasiswa, saya hanya melihat, mendengar dan membaca tentang Mahakam dari buku, televisi dan cerita sahabat yang sekamar satu asrama dengan saya. Dia asli orang Kutai dan menjalani pendidikan dasar hingga perguruan tinggi di Jawa, karena orang tuanya menjalankan tugas dinas di salah satu Kabupaten di Jawa Tengah.

Ilustrasi Kapal Wisata membelah Sungai Mahakam (sumber: tribunkaltimtravel.tribunnews.com)
Ilustrasi Kapal Wisata membelah Sungai Mahakam (sumber: tribunkaltimtravel.tribunnews.com)

Tak disangka, persahabatan kami di Jawa terus berlanjut di tanah kelahirannya. "Akhirnya, kau injak jua lah Kalimantan Timur, Sis. Welcome to Kota Tepian Mahakam." Demikian ia menyambut saya melalui telepon di masa itu, tak menyangka bakal bersua kembali di sini setelah lulus kuliah di Jawa.

Jujur, pertama kali datang, menyaksikan lebarnya sungai (yang saya kira danau), perahu dan tongkang yang bersliweran, perhatian saya juga tertuju pada jalanan utama kota ini di awal tahun tersebut.

Kesan kumuh, sampah yang berceceran di tepi jalan, parit atau gorong-gorong kota semuanya tertutup kayu atau beton, hampir tidak ada trotoar untuk pejalan kaki. Kalaupun ada, sangat minim dan jarang saya temukan kecuali di jalan tertentu saja yang berjajar dengan perkantoran.

Saya heran, ibukota provinsi terkaya di Indonesia, kok tampilan kotanya seperti ini. Jauh berbeda dengan Ibukota lainya di Pulau Jawa yang pernah saya kunjungi. Jalanan kotanya juga kecil untuk ukuran sebuah Ibukota provinsi.

Baca juga: Berbagi Hangat

***

Lambang dan Slogan Kota Samarinda (sumber gambar: samarindakota.go.id)
Lambang dan Slogan Kota Samarinda (sumber gambar: samarindakota.go.id)

Pertama kali melihat lambang dan slogan Kota Samarinda adalah saat saya memasuki kota ini di awal kedatangan, yang mana sempat terlihat di beberapa baliho atau papan reklame kampanye dari pemerintah kota. Juga pada kantor-kantor dinas yang saya kunjungi saat bertugas magang wartawan di masa itu.

Warna hijau, kuning, merah dan hitam, mendominasi lambang tersebut. Saya mengenal slogan TEPIAN juga dari koran dan tulisan yang terpampang di ruang publik. Merupakan singkatan dari Teduh, Rapi, Aman dan Nyaman. 

Sedangkan mengetahui detail makna lambang didalamnya, baru saya tahu pagi ini melalui web resmi Kota Samarinda! Takada kata terlambat untuk tahu dan belajar, kan? 

Merujuk pada laman Pemerintah Kota Samarinda bahwa lambang yang disematkan memiliki makna sebagai berikut:

Warna kuning pada dasar perisai, menggambarkan masyarakat Samarinda yang mampu mempertahankan diri dari segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan dari dalam maupun dari luar.

Warna dasar hijau tua, melambangkan kesuburan dan kemakmuran Kota Samarinda.

Kota Samarinda, tertulis dengan warna hitam, melambangkan cerminan kewibawaan dan keadilan sesuai harapan masyarakat. Lalu, 2 Ekor Pesut, menggambarkan koordinasi dan kerjasama yang dinamis antara eksekutif dan legislatif dalam melaksanakan pembangunan.

Bintang 5 sudut, simbol ini menggambarkan keagungan, kebesaran, religius dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Jaring Samarinda, menggambarkan watak dan kepribadian masyarakat Samarinda yang berani dalam membela kebenaran, keadilan, keuletan dan kegigihan.

21 Butir Padi, simbol yang menggambarkan kemakmuran pangan dan Hari Jadi Kota Samarinda pada 21 Januari 1968.

7 Kapas Yang Mekar Putih, melambangkan tujuh fungsi dan peranan. Perahu Kuning, merupakan lambang dari generasi mendatang menuju masyarakat adil dan makmur. Jembatan Mahakam, mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.

3 Buah Arus Sungai Mahakam, suasana Kota Samarinda yang tenteram, tertib dan aman. Papan Bertulis "TEPIAN", Pusat Induatri Kayu dengan semboyan kota yang Teduh, Rapi, Aman dan Nyaman.

***

Jembatan Mahakam (sumber: binamarga.pu.go.id)
Jembatan Mahakam (sumber: binamarga.pu.go.id)

Tak terasa sudah hampir 22 tahun saya menjadi warga Samarinda. Berbaur dengan kawan, sahabat, tetangga dan masyarakat dari berbagai etnis di sini. 

Sayangnya, banjir selalu hadir di Kota Tepian Mahakam saat musim penghujan. Bahkan jika belum tiba musimnya dan tetiba diguyur hujan lebat, banjir menggenang di hampir beberapa sudut wilayah kota ini. 

Apalagi bila guyuran hujan lebih dari 2 jam, ditambah intensitas beberapa hari. Hampir dipastikan ada wilayah yang tergenang dan masuk ke perumahan warga.

Kini, progres perbaikan gorong-gorong, parit dan trotoar mulai ditata lebih baik. Pot-pot bunga dengan hiasan cat menarik, tertata rapi di jalan protokol. Jalanan bersih dari sampah kecil maupun tanah yang berserakan dari ceceran pembatas jalan. Tapi belum semuanya terjangkau hingga sudut kota.

Semoga penataan Kota Samarinda menjadi lebih nyaman dan tertata rapi. Mempertahankan pohon-pohon di jalanan agar tetap rindang dan asri.

Saya merasakan kenyamanan di kota ini, terutama kegiatan religius yang sangat mudah didapat untuk mengikuti kajian, taklim dan pembelajaran tahsin.

Bahkan kakak saya yang sudah puluhan tahun menjadi ASN di lingkungan Provinsi Kalimantan Timur dan menikmati masa pensiun dengan kembali ke Pulau Jawa, tetap kangen dengan Samarinda.

Ada istilah yang umum disebutkan oleh warga di sini, bahwa barangsiapa yang pernah datang ke Samarinda dan 'minum air Mahakam', pasti suatu saat nanti bakal balik lagi kemari.

Benar atau tidaknya, wallahu'alam bishowab. Faktanya, beberapa teman dan keluarga di lingkup pertemanan mengalami hal tersebut. 

Kapan Anda akan berkunjung ke sini?

Selamat pagi, pembaca sekalian.
Sehat selalu dan ingat bahagia
Salam hangat dari Kota Tepian Mahakam

***

Sumber referensi bacaan: satu, dua, dan tiga 

Artikel 138 - 2022

#Tulisanke-438
#LogoSloganDaerah
#KotaTepianMahakam
#NulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun