Ayah dan bunda sekalian, apakah Anda berdua memiliki kegemaran membaca buku, koran atau majalah? Ataukah kebiasaan membaca ini beralih pada gadget yang Anda miliki?
Zaman yang makin berubah dengan kemajuan teknologi, membuat kita berubah dalam kebiasaan membaca. Ada yang tetap menikmati referensi bacaan dalam bentuk fisik atau cetak yang masih tersedia, ada pula yang beralih cara mendapatkan referensi bacaan dalam bentuk media digital  melalui smartphone Anda.
Bagi saya pribadi yang memiliki mata minus lumayan tinggi, lebih nyaman membaca dengan buku-buku fisik dibanding dengan menatap layar gawai untuk membaca berita online atau bacaan lainnya.
Untuk informasi berupa berita atau ulasan tersebut, saya lebih nyaman menikmati secara audio-visual melalui tayangan televisi, video atau youtube.
Namun untuk menikmati hal-hal fiksi atau nonfiksi seperti kisah drama atau cerita, pengetahuan umum atau agama, juga ensiklopedi, saya lebih nyaman menikmati 'seteguk demi seteguk' halaman pada sebuah buku cetak, berapapun jumlah lembar di dalamnya.
Bersyukur kebiasaan ini menular kepada putri remaja saya dan suami mulai membiasakan diri meluangkan waktu untuk membaca buku di sela aktivitasnya di kantor dan di rumah.
Bagi anak saya, membaca buku adalah hiburan baginya dari padatnya aktivitas sekolah. Novel dan komik anime menjadi favorit bacaannya saat ini.
Sedangkan bagi suami, membaca adalah tuntutan tugas dan tanggung jawab sebagai mahasiswa. Saat ini beliau sedang melanjutkan studinya melalui Universitas Terbuka. Buku religi dan motivasi menjadi bacaan favoritnya. Tentu, bacaan buku dan referensi jurnal keilmuwan harus dibacanya sebagai sumber referensi tugas kuliah.
***
Apakah kebiasaan membaca buku merupakan warisan gaya atau kultur orang tua? Mungkin saja iya, bisa juga tidak.
Seperti ananda tetangga saya, Azkia Yumna Kalisa. Akrab dipanggil Yumna, kelas 5. Gadis cilik berkacamata ini memang gemar membaca sejak kecil dan mulai mengenal abjad.
Menurut bundanya, Yumna jarang menggunakan gawai. "Masih pakai punya kami, Bun. Jarang memang main outdoor sejak pandemi kemarin. Yumna belum kenal game online. Palingan suka edit pake aplikasi canva atau menggambar di ibis paint aja. Nonton youtube dijatah setiap akhir pekan, dengan batas waktu."
Sejak kecil sebelum mampu membaca sendiri, Yumna sering dibacakan buku cerita oleh orang tuanya. Kegiatan ini rupanya amat melekat pada dirinya untuk bersemangat bisa membaca.
Melalui voice note, Yumna dengan antusias menjelaskan alasannya, mengapa ia suka membaca sejak usia dini. "Yumna suka baca buku alasannya karena isinya menarik dan seru! Terus, bisa mengisi waktu luang atau lagi bosen ngapa-ngapain. Di dalamnya juga ada pengetahuan baru yang bisa Yumna pelajari."
Sekolah tempat ia belajar juga menyediakan pojok baca. Anak sulung dari tiga bersaudara ini bersekolah di SD Islam AlQuds.Â
"Temen-temen Yumna suka banget baca buku, Bunda. Tapi agak jarang, karena waktunya sedikit kalau baca di kelas. Kan jam istirahat digunakan untuk makan atau jajan. Buku yang tersedia adalah buku bacaan Islami. Biasanya, kami baca buku di tengah-tengah ruang kelas, karena meja dan kursinya di atur posisi letter U,"Â jelasnya dengan nada riang.
Yumna mengakui bahwa ayahnya tipe orang yang suka baca buku. Sedang bundanya gak terlalu, sih. Mereka mendukung kegemaran putrinya dengan membelikan buku kesukaannya seperti komik fiksi dan novel yang berkaitan dengan sejarah atau petulangan.Â
***
Berbeda halnya dengan Kendra, siswa kelas 6 yang juga ananda tetangga saya, pun aktif belajar mengaji privat di rumah. Putra tengah dari tiga bersaudara ini memiliki kebiasaan baca buku komik.
Alasan Kendra suka komik seperti seri yang ada pada foto di atas, karena ceritanya disampaikan dalam bentuk gambar sehingga mudah dimengerti isinya. "Gambar kartunnya seru! Kalau marah mukanya aneh. Kalau lagi senang, muka dan gambarnya bagus."
Kendra mulai lancar membaca sejak ia duduk di bangku kelas 2. Kebiasaan membaca komik ini ternyata terpengaruh dari bundanya yang suka koleksi komik sejak sebelum menikah.
"Insyaallah, kami (ayah, bunda, kakak) suka baca juga. Dulu setelah menikah, pertama kali tinggal serumah, buku-buku bacaan kami menumpuk. Sayangnya gak sempat kami abadikan. Sampai-sampai, ada rak lemari buku pernah runtuh kerena keberatan isi," kenang Bunda Kendra dengan ikon tertawa pada komentar perpesanan.
Sekarang buku-buku tersebut semuanya telah disumbangkan ke perpustakaan Univeristas Mulawarman Samarinda, tempat ayah Kendra semasa kuliah. Utamanya buku-buku pengetahuan umum.
"Kalau saya banyak koleksi komik, mungkin ini yang menurun ke anak-anak. Kadang ketawa sendiri liat Kendra baca komik sambil senyum-senyum sendiri, atau melihat dia ketawa lepas. Sedangkan Ayah Kendra kebanyakan buku pengetahuan dan religi."Â
Kendra dan kakaknya memiliki selera yang hampir sama dalam koleksi buku bacaan. Jika mereka berdua berniat membeli, bakal berdiskusi terlebih dahulu. "Beli yang ini aja kah? Yang ini sudah peenah baca atau belum?
Ini rame gak isinya, ya?" Demikian kata Bunda Kendra.
Adik Kendra yang masih balita juga punya kebiasaan untuk minta dibacakan dongeng sebelum tidur.
Untuk membeli buku bacaan baru, kini keluarga mereka memang tidak sesering dulu. Kegiatan membaca bersama keluarga agak berkurang karena kegiatan sekolah yang mulai aktif kembali secara tatap muka, aktif kegiatan ekstrakurikuler dan les privat. Hanya di waktu aenggang saja mereka bisa melakukannya sembari bercengkrama.
Kendra tak segan menceritakan ulang komik yang dibacanya dan bertanya pada orang tua apabila menemukan hal baru dari isi komik yang belum dipahami.
Nah, bagaimana dengan anak-anak Anda di rumah? Apakah juga gemar membaca buku sebagaimana anak-anak lain di sekitar pergaulan tetangga?
Yuk, kita baca buku untuk membangun semangat mereka mencintainya!
Salam sehat dan selalu ingat bahagia!
***
#KakekMerza
#KPBBacaanAnak
#KPBBlogCompetition
#KakekMerzaAjakCucuBaca
***
Artikel 125 - 2022
#Tulisanke425
#ArtikelParenting
KPB Blog Competition
Kakek Merza
Kakek Merza Ajak Anak Cucu Baca
#NulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H