Namun untuk mudik, saya lebih memilih kereta api, karena perjalanan menjadi lebih singkat, hanya berhenti sejenak di stasiun tertentu, dan hal menarik lainnya yang tidak saya dapatkan saat menggunakan transportasi lainnya.
Saya sering berangkat via Stasiun Semarang Tawang sebagai awal keberangakatn KA dan berakhir di stasiun Tegal. Jika terjadi banjir rob, saya beralih mulai dari stasiun Semarang Poncol.
***
Ya, menarik dan membuat saya kangen naik kereta api, yaitu pemandangan hamparan sawah dan Laut Jawa saat melintasi daerah-daerah yang dilewati kereta api jalur Semarang - Tegal.
Pemandangan ini saya nikmati sepanjang perjalanan dan selalu sengaja pilih dekat jendela dengan lajur kursi bagian kanan, agar saya leluasa memandangnya.
Suguhan keindahan pantai dan Laut Jawa ini bisa kita nikmati jelang memasuki wilayah Kabupaten. Batang. Panorama indah tepi pantai ini tersajj dari Stasiun KA Plabuan hingga stasiun Pekalongan. Jalur kereta melintasi bibir pantai dengan tebing yang landai di sisi kiri.
Terkadang kita dapati jajaran rumah nelayan, kapal-kapal yang sedang bersandar, kesibukan warga nelayan dan pohon-pohon kawasan hutan Siluwok. Nah, pembaca bisa simak lebih detail ulasannya pada tautan ini.
Sependek ingatan saya, harga tiket kereta api kala itu tak lebih dari lima ribu rupiah. Saya tak ingat persisnya, tapi dengan harga segitu, masih ada kembalian buat beli jajanan di kereta api. Lebih murah daripada tiket bis patas (cepat dan terbatas) yang harganya berkisar antara tujuh hingga belasan ribu rupiah.Â
Bahkan sahabat saya bilang, harga tiket KA Tegal Gaya Baru di era tahun tersebut hanya Rp.1.900 lho! Wenak tenan, tho! Hehehe, kelas ekonomi kan memang terjangkau dompet mahasiswa.