Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Obrolan Jelang Subuh

9 September 2022   11:32 Diperbarui: 9 September 2022   17:57 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya, gak kenapa-kenapa sih, Mak." Ia meringis memandang wajah Emaknya yang masih asyik menyiapkan bahan membuat sambal. 

"Cuma mau cerita saja, biar Emak nggak kecewa kalau nanti punya mantu." Pemuda itu menyeringai malu.

Emak tersenyum simpul. Tangannya gesit menggerus bumbu di atas cobek. Sesekali ia memeriksa masakan di wajan.

“Apa kamu pikir, kalau segala urusan seperti masak, nyuci, nyapu, ngurus rumah, dan tetek bengek begini, itu kewajiban perempuan, Le?" Emak bertanya lembut namun tegas penuh arti.

Pemuda bagus itu memandang Emak dengan tatapan tak paham.

"Ngene, lho, Le. Perlu kamu ketahui bahwa urusan yang Emak sebutkan tadi adalah kewajiban lelaki. Kewajibanmu nanti kelak saat kamu beristri dan berumah tangga." Lagi-lagi Emak pasang senyum manis dengan kerling mata sayang. 

Tangannya sigap memcelupkan tahu dan tempe ke dalam adonan bumbu dan memasukkan ke dalam minyak penggorengan.

“Lho, bukannya Emak tiap hari melakukannya?” Mengernyit kening pemuda bagus, masih belum paham.

Le, kewajiban Istri itu adalah taat dan mendapatkan kerelaan suami. Ndapetin ridhonya suami.” kata Emak mantap. “Karena Abahmu mungkin nggak bisa mengurusi rumah, maka Emak bantu mengurusi semuanya. Ya masak, ya nyuci, ya ngepel, ya ya ya lainnya," sambung Emak yang terus cekatan mengurus masakan di pagi yang masih berselimut kabut.

"Bukan atas nama kewajiban, Le, tetapi sebagai wujud cinta Emak sebagai Ibumu, juga wujud sayang Emak sebagai Istri yang mencari ridho suami. Ridho abahmu.” Emak melempar pandang pada anak lelakinya yang nampak serius menyimak tuturannya.

"Aku makin bingung, Mak." Pemuda berhidung mbangir menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun