Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Buket Bunga Mawar untuk Bunda Roselina dan Pak Tjiptadinata Effendi

30 Agustus 2022   12:42 Diperbarui: 30 Agustus 2022   12:44 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis berpose bersama Pak Sigit Eka Pribadi dan Nyonya (Dok.Pri. Siska Artati)

Mewujudkan impian dari doa yang dipanjatkan, Alhamdulillah telah Allah Swt kabulkan. Pada Sabtu, 27 Agustus 2022, acara Kopi Darat alias Temu Perdana antara Pak Tjiptadinata Effendi beserta Bunda Roselina dengan Kompasianer Samarinda - Balikpapan akhirnya terlaksana.

Gerimis yang menyejukkan Kota Tepian Mahakam, tak mengurangi kegembiraan di hati masing-masing peserta.

Pak Sigit Eka Pribadi beserta nyonya telah hadir lebih dahulu di Rumah Makan Padang Talago, tempat acara kopdar kami. Atas izin dari Komandan, beliau menyempatkan waktu untuk datang ke Samarinda.

Penulis berpose bersama Pak Sigit Eka Pribadi dan Nyonya (Dok.Pri. Siska Artati)
Penulis berpose bersama Pak Sigit Eka Pribadi dan Nyonya (Dok.Pri. Siska Artati)

Saya berkesempatan berbincang sejenak dengan beliau berdua, sembari menunggu kehadiran Pak Tjipta dan Bunda Roselina, beserta kompasianer lainnya.

Hati saya berdebar jelang hari pertemuan. Serasa tak percaya bahwa mimpi bertemu Pak Tjipta, Bunda Roselina dan kawan kompasianer lainnya bakal terwujud. Dan hari Sabtu itulah, takdir tersebut nyata adanya.

Pak Ali Musri Syam - Kompasianer Balikpapan, mengendarai mobil membawa rombongan sejak dari hotel menuju tempat acara.

Segera kami bertiga menyambut kedatangan tamu yang telah dinanti kehadirannya. Bersama rombongan mobil, turut hadir Kompasianer Samarinda Mbak Ayra Amirah beserta seorang putrinya, juga Ibu Sulikah dari Waskita Reiki.

Keharuan memuncak saat di depan pintu menyambut beliau berdua. Secara otomatis dan naluri, senyum mengembang diantara seluruh peserta kopdar.

Mewakili para kompasianer, saya menyerahkan buket bunga menyambut Bunda Roselina. Bersalaman dan berpeluk penuh kehangatan. Saya berbisik kepada Bunda, mohon izin memeluk layaknya ibu saya sendiri. Bunda pun melepas senyum bahagia.

Bersalaman penuh takzim kepada Pak Tjipta, saya pun memperkenalkan diri. Pula mengenalkan anak gadis saya kepada beliau berdua.

***

Kompasianer Samarinda - Balikpapan berfoto sejenak sebelum acara makan siang bersama (Dok.Pri. Siska Artati)
Kompasianer Samarinda - Balikpapan berfoto sejenak sebelum acara makan siang bersama (Dok.Pri. Siska Artati)

Atas permintaan kami, Pak Ali berkenan menjadi Master Ceremony pertemuan ini. Beliau membuka acara dengan sapaan hangat, doa bersama, pula membacakan puisi spesial untuk Pak Tjipta dan Bunda Roselina.

Puisi hasil karya Pak Ali sendiri, khusus dituliskan untuk sejoli yang sangat kita hormati tersebut. Beliau membawakan dua judul puisi terbaiknya, yaitu Dua Sejoli, Tjiptadinata dan Roselina dan Dia yang Akan Selalu Datang

Puisi pertama sejatinya beliau goreskan untuk buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi di tahun 2021. Tapi siapa yang menyangka, bila ternyata puisi ini tak menjadi bagian dari buku tersebut. Justru takdir terbaiklah, puisi beliau secara nyata tersampaikan dengan penuh syahdu, dibacakan dihadapan dua sejoli panutan dan kami semua, langsung dari Sang Pujangga!

Selanjutnya, Pak Tjipta menyampaikan salam sambutan serta mengajak kami menyanyikan lagu Tanah Airku. Lagu yang sangat berkesan ini tentu dipilih beliau karena sarat makna akan kerinduan kepada kampung halaman. Kemana dan dimana jua kita berada, negeri orang yang telah menjadi tempat menetap, tapi tanah air tetaplah tercinta dan tak terlupakan.

Bersyukur saya duduk persis di sebelah Pak Tjipta, sehingga saya benar-benar menyimak suara beliau yang merdu. Saya pun turut bernyanyi dengan haru.

Sebelum makan bersama dimulai, saya meminta izin untuk membacakan pantun, sebagai wujud rasa senang menyambut beliau berdua di Kota Tepian Mahakam.

Pantun berikut khusus saya persembahkan untuk Pak Tjipta dan Bunda Roselina, dibuat sehari jelang tanggal pertemuan:

Dari Kupang transit Surabaya
Naik pesawat sampai jua ke Samarinda
Selamat datang Pak Tjipta dan Bu Roselina
Tiba dengan selamat tak kurang suatu apa 

Abang sayang sedang masa puber
Mata berbinar kerling pandang menghunjam
Selamat datang kawan kompasianer
Selamat kopdar di Kota Tepian Mahakam

Gadis manis bermata Jelita
Elok nian saat dipandang
Izinkan kami menyampaikan cinderamata
Mohon berkenan diterima sebagai tanda sayang.

Penyerahan dan penerimaan cinderamata kepada Pak Tjipta dan Bunda Roselina (Dok.Pri. Riduannor)
Penyerahan dan penerimaan cinderamata kepada Pak Tjipta dan Bunda Roselina (Dok.Pri. Riduannor)

Mewakili kompasianer dan Waskita Reiki yang hadir, saya serahkan cinderamata tersebut kepada beliau berdua. Pak Tjipta menerima dengan senang hati dan berucap terima kasih kepada seluruh undangan yang hadir.

Ada yang kepo nih, isi cinderamatanya apa sih? Nah, intip saja di Artikel Pak Tjipta tentang Kopdar Samarinda, ya.

Selanjutnya, kami pun menikmati hidangan yang telah disediakan, berbincang akrab di sela jamuan makan. 

Jumlah peserta Kopdar Samarinda yang bisa dihitung dengan jari dibanding kota lainnya, namun justru menghadirkan rasa intim dan akrab pada seluruh hadirin. 

Keharuan inilah yang melekat di hati kami, bahwa Pak Tjipta dan Bunda Roselina berkenan hadir kopdar di Samarinda, meski jumlah peserta tidaklah banyak. Kami sangat terharu.

***

Tanda tangan dan salam dari Pak Tjipta dan Bunda Roselina pada pemberian buku (Dok.Pri. Siska Artati)
Tanda tangan dan salam dari Pak Tjipta dan Bunda Roselina pada pemberian buku (Dok.Pri. Siska Artati)

Pada sesi bincang santai usai makan bersama, saya ikutan nimbrung obrolan. Meski hanya sesekali menimpali, saya menjawab sekedarnya bila ditanya oleh Pak Tjiota dan Bunda Roselina.

Saat satu per satu beliau menandatangani buku untuk kami dan giliran menuliskan nama saya sebagai tanda kenangan, Pak Tjipta berujar, "Ananda Siska, terima kasih atas buket bunganya, ya. Seikat Bunga Mawar Merah, pas sekali dengan Bu Roselina, kan. Rose, mawar merah."

Ah! Iya, ya! Beneran saya gak kepikir kesitu, loh!

"Sama-sama, Pak Tjipta. Saya hanya mewakili saja. Buket Bunga itu sebenarnya dari Pak Ali." Saya tersenyun simpul.

"Lho, kan tadi yang menyerahkan Ananda Siska? Kirain bunda itu dari Ananda." Bunda Rose sedikit kaget.

"Saya hanya mewakili Pak Ali dan teman-teman untuk menyerahkan ke Bunda. Karena tadi kan Pak Ali menyetir mobil rombongan Bunda dan Bapak," saya menjelaskan dengan senyum lebar.

"Waduh, ternyata ada laki-laki selain saya yang memberikan bunga rose untuk kekasih saya, nih. Bisa cemburu saya," sahut Pak Tjipta.

Kami yang mendengar cletukan beliau pun tertawa. 

"Bunga tersebut memang dari saya, tapi Bu Siska yang memilihkan buket bunga mawar yang masih segar dan hidup itu. Saya meminta bantuan beliau soal bunga," grogi Pak Ali langsung menjawab.

Tawa kami makin riuh. Pak Ali khawatir Pak Tjipta cemburu beneran.

"Untunglah ada laki-laki yang mengaku di depan saya. Kalau tak, bisa beneran cemburu," Pak Tjipta tertawa lebar memandang Bunda Roselona, yang malu-malu membalas dengan menepuk tangan suaminya dengan mesra. 

Kami pun tergelak dengan humor Pak Tjipta. Saya sampai terbahak dengan ekspresi beliau berdua dan Pak Ali yang malu-malu supaya dapat pembelaan.

Mbak Ayra pun sempat menjelaskan tugas masing-masing kompasianer untuk menyukseskan acara ini kepada beliau berdua.

MasyaAllah, sungguh suasana segar yang kami rasakan. Selama ini, bisa jadi canda tawa hanya sekedar tulisan di kolom komentar artikel Kompasiana. Atau bisa jadi hanya stiker lucu mewakili guyon di grup perpesanan. 

Hari itu, kami tertawa lepas penuh ceria, tanpa sekat, jarak, ruang dan waktu. Duduk bersama dengan guyup lan gayeng, alias ngumpul bareng dan hepi, berbincang dan menyimak nasehat dan petuah kehidupan dari Pak Tjipta.

Saya yakin, kawan-kawan kopdar Samarinda membawa kenangannya masing-masing dwngan bahagia saat pulang dan tiba di rumah.

Terima kasih Pak Tjipta dan Bunda Roselina.

Kehangatan bapak dan bunda selalu melekat di hati kami. Selamat tiba sampai tujuan di Australia. Saya pribadi dan seluruh kawan Samarinda berdoa untuk kesehatan senantiasa terjaga. Wujudkan mimpi, tahun depan kita bisa berjumpa lagi. Aamiin

Salam sehat dan selalu bahagia!

***

Artikel 99 - 2022

#Tulisanke-399
#DiarySiskaArtati
#KopdarSamarinda2022
#TjiptadinataEffendi
#RoselinaEffendi
#NulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun