"Maaf ustadzah, kami tegang dan deg-degan. Biasalah, namanya juga siswa. Dipanggil kepala sekolah dan masuk ruangan beliau tuh rasanya, gimana gitu," Lisdi sedikit terkekeh menarik nafas berat, menghembuskannya sambil menepuk Pandu yang duduk di sebelahnya. Sahabatnya hanya membalas dengan senyum terkulum. Mereka sedikit menundukkan kepala sebagai tanda hormat.
Kami pun mulai ngobrol dari perkenalan diri, tentang keluarga dan orangtua, sekolah dan cita-cita mereka kelak usai menempuh pendidikan menengah atasnya.
"Saya belum tahu mau lanjut kuliah dimana dan ambil jurusan apa, ustadzah. Masih otewe mikir-mikir dulu, meski ada ketertarikan di bidang teknik," jawab Lisdi malu-malu.
"Saya sendiri pengennya jadi pengusaha, Bun. Biar bisa bantu bapak, karena beliau juga punya usaha di rumah. Mungkin kelak bisa ambil bidang ekonomi. Mohon doanya saja, semoga teecapai. Soalnya, ibu saya malah maunya saya ambil kedokteran," sambung Pandu.
Ketika saya bertanya, apa yang terlintas dalam pikiran dan benak mereka saat menolong bulik, hingga mau memberi kunci motor kepada ART saya tersebut. Jawaban mereka membuat saya tercengang.
"Sebenarnya kejadian motor mogok di sekitar sekolah itu sudah jadi pemandangan sehari-hari, ustadzah. Itu mah sudah biasa. Bahkan menolong seperti itu sudah biasa bagi kami. Hanya saja, terkesan menjadi luar biasa, karena pas yang kami tolong itu ternyata ART-nya ustadzah. Mana kami tahu kalau ustadzah menuliskannya menjadi artikel lalu dibacakan oleh Kepala Sekolah pada apel pagi. Bagi kami, menolong seperti itu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.  Istilahnya sudah menjadi good habit buat kami."
Jujur, saya bengong sejenak, terpesona, masyaAllah, menolong itu sudah terpatri menjadi good habits buat mereka!
Ruangan senyap sekian detik, mendengar kalimat motivasi dari Lisdi, yang mendapat anggukan tegas dari Pandu.
Saya dan Ustadz Wahab hanya berucap syukur, bahwa anak-anak ternyata memiliki kepekaan yang luar biasa tentang kebajikan.
"Kalau ada mobil mogok, apa kalian juga sanggup mendorong sampai bengkel?" tawa pun pecah diantara kami gegara pertanyaan saya.
 "Untung belum ada, Ustadzah, jangan sampai kejadian lah. Semoga semua kendaraan lancar mesinnya di kawasan sini." Lagi-lagi Lisdi terkekeh. Pandu sedari tadi hanya senyum menyimak perbincangan.
Sebelum pertemuan kami berakhir, saya bertanya kepada mereka, punya hajat apa dan ingin didoakan seperti apa?