Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ketika Berbuat Baik Menjadi Habit

29 Agustus 2022   13:19 Diperbarui: 29 Agustus 2022   14:48 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://beritagar.id

Alhamdulillaah, setelah dua kali membuat temu janji dan akhirnya sepakat bisa meluangkan waktu, pada Kamis, 25/08/20022, saya berkesempatan bertemu dengan Kepala Sekolah SMAIT Granada Samarinda.

Keinginan dan niat saya bertemu beliau adalah dalam rangka berbincang mengenai kebaikan anak didiknya yang telah menolong ART saya saat motornya mogok dan saya tulis dalam artikel Kebaikan dari Rasa Tulus dan Percaya.

Tepat pukul sembilan pagi waktu Kota Tepian Mahakam, Ustadz Abdul Wahab Syahrani, M.Pd berkenan menerima kedatangan saya di ruang kerja beliau yang berkarpet merah. Ruangan yang sangat bersih, rapi, sejuk dan nyaman.

Perbincangan diawali dengan saling berkenalan lebih dekat, sehubungan kami berdua saling mengenal wajah karena sering berpapasan bila sedang mengikuti kegiatan di sekolah atau hadir di musholla saat keluarga kami mengikuti sholat berjamaah pada bulan ramadhan.

Berlanjut berbincang ringan tentang aktivitas beliau selaku kepala sekolah, pula berbagi kisah dan pengalaman saat mengikuti pemberian bantuan mewakili JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu) ke negara Myanmar. Sebuah kisah inspiratif tentang kehidupan anak-anak disana pada bidang pendidikan.

Kepala Sekolah SMAIT Granada Samarinda - Ustadz Abdul Wahab Syahrani, M.Pd (Dok.Pri. Siska Artati)
Kepala Sekolah SMAIT Granada Samarinda - Ustadz Abdul Wahab Syahrani, M.Pd (Dok.Pri. Siska Artati)

Akhirnya sampailah kami berbincang tentang tiga siswa yang dianggap 'viral' di sekolah gegara artikel saya tersebut, hingga Ustadz Wahab - demikian sapaan akrab beliau, spontan antusias memberikan apresiasi kepada ketiga siswa yang terlibat langsung dalam berbuat baik menolong ART saya tersebut.

***

"Mereka bertiga itu namanya Lisdi, Pandu dan Fajri, Bunda. Saya juga nggak nyangka kok, kalau yang ditulis dalam artikel tersebut adalah mereka bertiga. Karena saya tahunya itu, mereka agak bandel remaja, gitu. Apa sih, istilahnya? Cuek atau slengek-an barangkali ya," tutur Ustadz Wahab sembari tetawa kecil.

Ustadz mengenal mereka sejak lama, karena merupakan kawan main anaknya di keseharian. Sering ustadz menegur mereka kala baju seragam belum rapi masuk ke celana panjang. Juga topi sekolah yang malah dicoret-coret di bagian lidah cap -nya, atau tingkah polah layaknya remaja yang perlu diluruskan.

"Itulah sebabnya, ketika ada guru yang menyaksikan dan membenarkan adanya kejadian tersebut, saya perintahkan guru untuk membuatkan sertifikat kebaikan ini bagi ketiganya," tegas Ustadz Wahab.

Beliau sampaikan bahwa pemberian apresiasi ini jangan hanya dilakukan saat siswa memenangkan kejuaraan olimpiade sains, atau peringkat terbaik nilai akademik di sekolah maupun tingkat kota, provinsi, atau nasional.

"Perbuatan baik mereka ini juga patut mendapatkan apresiasi dari sekolah, agar diangkat dan dijadikan teladan. Pula agar anak-anak termotivasi bahwa melakukan hal-hal kecil seperti menolong orang di jalan, membersihkan lingkungan sekolah, perhatian dengan sampah, dan lain sebagainya, juga patut mendapatkan penghargaan."

Ustadz Wahab menyelipkan cerita lucu, saat ketiga siswa disebut namanya pada kesempatan apel pagi, tampil di hadapan guru dan siswa untuk mendapatkan aertifikat kebaikan, ada siswa lain yang nyletuk. "Wah, saya pernah menolong korban kebakaran di kampung. Kok gak dapat sertifikat ya, Ustadz?"

Semua tertawa. "Ya, kan ustadz gak tau kisahmu. Ini saja ustadz tahu Lisdi, Pandu dan Fajri berbiat kebaikan karena artikel tersebut dan guru pun menjadi saksi matanya. Ntar kalau ketemu sama Ibu Penulis dan ceritamu menjadi artikel, nah, bagus itu!"

Saya pun ikut terkekeh mendengarnya.

Dan sebagaimana dijanjikan oleh beliau, saya pun berkesempatan bertemu Lisdi dan Pandu.

***

Penulis berfoto bersama Pandu (berdiri sebelah saya), Lisdi dan Ustadz Wahab. (Dok.Pri Ustadz Wahab)
Penulis berfoto bersama Pandu (berdiri sebelah saya), Lisdi dan Ustadz Wahab. (Dok.Pri Ustadz Wahab)

Wajah Lisdi dan Pandu agak tegang, duduk di sofa besar, yang notabene diapit oleh keberadaan kami di ruang kepala sekolah. 

Rupanya Fajri tidak masuk sekolah di hari itu. Saya pun berusaha mencairkan suasana dengan mengajak mereka berbincang santai.

"Maaf ustadzah, kami tegang dan deg-degan. Biasalah, namanya juga siswa. Dipanggil kepala sekolah dan masuk ruangan beliau tuh rasanya, gimana gitu," Lisdi sedikit terkekeh menarik nafas berat, menghembuskannya sambil menepuk Pandu yang duduk di sebelahnya. Sahabatnya hanya membalas dengan senyum terkulum. Mereka sedikit menundukkan kepala sebagai tanda hormat.

Kami pun mulai ngobrol dari perkenalan diri, tentang keluarga dan orangtua, sekolah dan cita-cita mereka kelak usai menempuh pendidikan menengah atasnya.

"Saya belum tahu mau lanjut kuliah dimana dan ambil jurusan apa, ustadzah. Masih otewe mikir-mikir dulu, meski ada ketertarikan di bidang teknik," jawab Lisdi malu-malu.

"Saya sendiri pengennya jadi pengusaha, Bun. Biar bisa bantu bapak, karena beliau juga punya usaha di rumah. Mungkin kelak bisa ambil bidang ekonomi. Mohon doanya saja, semoga teecapai. Soalnya, ibu saya malah maunya saya ambil kedokteran," sambung Pandu.

Ketika saya bertanya, apa yang terlintas dalam pikiran dan benak mereka saat menolong bulik, hingga mau memberi kunci motor kepada ART saya tersebut. Jawaban mereka membuat saya tercengang.

"Sebenarnya kejadian motor mogok di sekitar sekolah itu sudah jadi pemandangan sehari-hari, ustadzah. Itu mah sudah biasa. Bahkan menolong seperti itu sudah biasa bagi kami. Hanya saja, terkesan menjadi luar biasa, karena pas yang kami tolong itu ternyata ART-nya ustadzah. Mana kami tahu kalau ustadzah menuliskannya menjadi artikel lalu dibacakan oleh Kepala Sekolah pada apel pagi. Bagi kami, menolong seperti itu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.  Istilahnya sudah menjadi good habit buat kami."

Jujur, saya bengong sejenak, terpesona, masyaAllah, menolong itu sudah terpatri menjadi good habits buat mereka!

Ruangan senyap sekian detik, mendengar kalimat motivasi dari Lisdi, yang mendapat anggukan tegas dari Pandu.

Saya dan Ustadz Wahab hanya berucap syukur, bahwa anak-anak ternyata memiliki kepekaan yang luar biasa tentang kebajikan.

"Kalau ada mobil mogok, apa kalian juga sanggup mendorong sampai bengkel?" tawa pun pecah diantara kami gegara pertanyaan saya.

 "Untung belum ada, Ustadzah, jangan sampai kejadian lah. Semoga semua kendaraan lancar mesinnya di kawasan sini." Lagi-lagi Lisdi terkekeh. Pandu sedari tadi hanya senyum menyimak perbincangan.

Sebelum pertemuan kami berakhir, saya bertanya kepada mereka, punya hajat apa dan ingin didoakan seperti apa?

Lisdi dan Pandu mwnyampaikan bahwa OSIS akan menyelenggarakan Festival Granada dalam waktu dekat berupa lomba-lomba untuk adik-adik setingkat SMP. Sebagai panitia, mereka meminta doa agar acara berjalan sukses.

Saya pun meng-aamiin-kan doa dan keinginan mereka. Saya juga meminta izin kepada Kepala Sekolah untuk bisa hadir menyaksikan acara festival tersebut, apalagi jika ada pula kegiatan literasi dalamnya. 

Mereka menyampaikan in syaa Allah akan ada lomba baca puisi. Bila nanti disetujui oleh Kepala Sekolah, Rapat OSIS dan Panitia, mereka meminta saya untuk bisa menjadi salah satu jurinya. MasyaAllah.

Saya pun mengiyakan dan akan menunggu kontak selanjutnya dari mereka.

***

Pemberian hadiah untuk perbuatan mereka yang mulia (dok.Pri.Siska Artati)
Pemberian hadiah untuk perbuatan mereka yang mulia (dok.Pri.Siska Artati)

Sebelum pulang, saya mohon izin kepada Kepala Sekolah dan anak-anak untuk berbagi kebahagiaan dengan mereka.

Saya sampaikan kabar gembira, bahwa tulisan artikel tentang kebaikan mereka berbuah hasil dengan menyandang predikat sebagai pemenang kedua blog competition bersama Komunitas Penulis Mettasik dan Maybank.

"Hadiah dari Komunitas Mettasik untuk Bunda itu berupa saldo Gopay, Nak. Kalau Bunda ngasih hadiah ke kalian juga berupa transfer saldo, ntar bakal habis begitu saja buat jajan. Jadi, bunda kasih dalam bentuk lain, ya." 

Mereka hanya menggangguk dan meminta persetujuan kepala sekolah apakah perlu menerima hadiah tersebut atau tidak. Ustadz Wahab tersenyum lebar dan menggangguk tanda setuju, sebagai penanda bahwa itulah rezeki yang tak disangka datang untuk anak-anak sholeh yang berbuat kebaikan.

"Karena peebuatan kalian yang mulia, telah menolong ART saya, itu berarti kalian juga telah menolong keluarga kami. Kebaikan kalian akan terus mengalir bagi diri sendiri, keluarga, para ustadz dan ustadzah, terutama orang tua kalian. Semoga good habits tersebut tetap tertanam dalam jiwa kalian." Suara saya mulai bergetar.

"Izinkan bunda berbagi atas kebaikan kalian. Karena perbuatan mulia kalian tersebut, maka izinkan bunda berbagi dalam bentuk logam mulia. Semoga berkah dan bermanfaat bagi masa depan kalian, mohon diterima dengan baik. Bunda juga titipkan untuk Fajri, ya."

Ekspresi wajah yang tak menduga adanya pemberian ini, terpancar dari kami semua yang ada di dalam ruangan kepala sekolah. Suasana tetiba menjadi haru dan bahagia. Saya sampaikan untuk tidak memandang harga atau nilai rupiah. Tetapi ketulusan dari semua pihak atas pemberian dan penerimaan tanda kasih.

Pertemuan yang sangat indah bagi perjalanan kehidupan kami. Saya berharap dan berdoa kelak bisa berjumpa jua dengan orang tua mereka yang hebat.

Ketika berbuat kebajikan itu telah menjadi kebiasaan baik, maka seluruh jiwa raga otomatis melakukannya dengan ringan, tulus, mantap dan yakin. Siapa yang menebar lebajikan, pasti akan menuai kebaikan yang berkah dan berlimpah. Aamiin

Salam sehat selalu dan jaga bahagia!

***

Artikel 97-2022

#Tulisanke-397
#ArtikelLove
#BerbuatKebajikan
#MenuaiKebaikan
#NulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun