"Itulah sebabnya, ketika ada guru yang menyaksikan dan membenarkan adanya kejadian tersebut, saya perintahkan guru untuk membuatkan sertifikat kebaikan ini bagi ketiganya," tegas Ustadz Wahab.
Beliau sampaikan bahwa pemberian apresiasi ini jangan hanya dilakukan saat siswa memenangkan kejuaraan olimpiade sains, atau peringkat terbaik nilai akademik di sekolah maupun tingkat kota, provinsi, atau nasional.
"Perbuatan baik mereka ini juga patut mendapatkan apresiasi dari sekolah, agar diangkat dan dijadikan teladan. Pula agar anak-anak termotivasi bahwa melakukan hal-hal kecil seperti menolong orang di jalan, membersihkan lingkungan sekolah, perhatian dengan sampah, dan lain sebagainya, juga patut mendapatkan penghargaan."
Ustadz Wahab menyelipkan cerita lucu, saat ketiga siswa disebut namanya pada kesempatan apel pagi, tampil di hadapan guru dan siswa untuk mendapatkan aertifikat kebaikan, ada siswa lain yang nyletuk. "Wah, saya pernah menolong korban kebakaran di kampung. Kok gak dapat sertifikat ya, Ustadz?"
Semua tertawa. "Ya, kan ustadz gak tau kisahmu. Ini saja ustadz tahu Lisdi, Pandu dan Fajri berbiat kebaikan karena artikel tersebut dan guru pun menjadi saksi matanya. Ntar kalau ketemu sama Ibu Penulis dan ceritamu menjadi artikel, nah, bagus itu!"
Saya pun ikut terkekeh mendengarnya.
Dan sebagaimana dijanjikan oleh beliau, saya pun berkesempatan bertemu Lisdi dan Pandu.
***
Wajah Lisdi dan Pandu agak tegang, duduk di sofa besar, yang notabene diapit oleh keberadaan kami di ruang kepala sekolah.Â
Rupanya Fajri tidak masuk sekolah di hari itu. Saya pun berusaha mencairkan suasana dengan mengajak mereka berbincang santai.