Sedikit kesal, berkacak pinggang, lelaki itu menggaruk telinganya yang takgatal. Berharap ponselnya bergetar lagi dan memunculkan nama yang sama.
Dan...
***
Fira bingung sendiri dengan apa yang dilakukannya barusan. Tak percaya bahwa ia berani menelpon Mas Doni. Kenapa tangan lentiknya malah memencet ikon call. Setelah sekian lama mereka jarang bersapa melalui media sosial.
Terselip sesal, aiiis.. ngapain juga sih aku nelpon, balas pesan aja kan bisa!
Pikirannya melayang sejenak bertahun silam, matanya mencoba fokus membaca naskah yang sebentar lagi akan dikirim ke admin grup penulisan.
Baru saja jemarinya menyentuh papan tuts laptop, nada dering gawai mengalihkan perhatiannya. Debar jantungnya membuncah. Dengan mengumpulkan kekuatan batinnya yang bercampuk aduk, bibir berlipstik merah marun itu pun mengucap salam.
"Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumussalam warahmatullaahi wa barakaatuh. Tadi nelpon, Fir?"Â Terdengar sedikit gugup suara pria di ujung telpon.
"Iya, Mas. Niatnya mau ngucapin makasih aja secara langsung. Sorry jika ganggu kerjaan Mas Doni." Wanita itu meringis, mengerjap-kerjap matanya, menahan desis suaranya sendiri.
"Iya, telponmu menggangu keasyikanku minum kopi pagi ini," bersambung dengan suara tawa renyah "Sekali lagi, selamat milad ya," sambungnya dengan nada senyuman.