***
Kakak saya yang berprofesi sebagai seorang guru di sekolah formal, menceritakan bahwa dirinya juga tak luput dari pemberian hadiah ini.
Baca juga:Â Bukan Cita-cita Saat Masa Kanak, Profesi Guru Menjadi Pilihan Kakakku
"Kalau dulu saat jadi wali kelas, seringnya dikasih kue bolu ulang tahun sama anak-anak. Ada juga yang orang tuanya mampu, pas pembagian raport dikasih kenang-kenangan berupa barang tertentu. Seringnya sih batik atau mukena. Â Sekarang yang sering ngasih dari kelas 9, wali kelasnya dapat kenang-kenangan karena lulus sekolah," ungkap beliau.
Sebagai guru les privat dan mengajar mengaji, apakah saya juga tak luput dari pemberian hadiah?
Pernah saya mendapatkan hadiah-hadiah kecil namun terasa istimewa. Seperti sekotak kue yang kita santap bersama di mushola, hidangan ala kadarnya saat saya milad lengkap dengan minuman segar.
Beberapa tahun lalu, ada juga yang memberi hadiah dua kardus besar berisi paket sembako jelang ramadhan dan paket kue kering.
Saya pun pernah memberikan bingkisan kepada murid mengaji sebagai bentuk apresiasi kepadanya atas usaha, niat dan ketekunannya rajin datang tepat waktu, Â belajar dengan sungguh-sungguh. Hadiah sebagai wujud apreasiasi atas kemampuan dan ketrampilannya belajar tahsin melampui kawan-kawan lain di atas usianya.
Kadang juga saya juga memberikan hadiah kecil sebagai pemicu motivasi anak agar lebih giat berlatih dan murajaah.
Baru-baru ini, bulan lalu tepatnya, satu murid saya - seorang bunda 2 anak - berhasil lulus ujian dan berhasil menyandang syahadah dari metode tahsin yang kami pelajari bersama.
Tak disangka, beliau memberikan hadiah kepada saya sebagai apreasi rasa terima kasih dan syukur atas kelulusannya, saat saya mengadakan syukuran sederhana untuknya bersama para bunda yang belajar tahsin.
Saya tak pernah meminta, namun tak kuasa menolak agar tidak mengecilkan rasa tulusnya. Kami berpelukan, saya sampaikan rasa haru dan bangga padanya atas keistiqomahan beliau belajar tahsin di sela-sela kesibukan dan rutinitas sebagai ASN.