Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saling Mengapresiasi dengan Memberi Hadiah Antara Guru dan Siswa

13 Juli 2022   07:46 Diperbarui: 29 Juni 2024   02:45 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hadiah, memberikan hadiah. (FREEPIK/JCOMP via kompas.com) 

Prestasi yang diperoleh anak, semua tak luput dari peran guru, dukungan orang tua dan motivasi dari dalam diri anak untuk melakukan dan memberikan yang terbaik.

Mereka pun kadang menyediakan hadiah bagi anak didiknya yang berprestasi di kelas dan sekolah guna memotivasi peserta didik lainnya agar memberikan usaha terbaik dalam proses kegiatan belajar mengajar dan mencapai prestasi tertinggi.

***

Ketika suatu masa saya menjadi bagian dari pengurus komite sekolah, hal ini menjadi perbincangan dan diskusi antara komite dan pihak sekolah sendiri.

Ada yang menyetujui program pemberian hadiah yang berlangsung tiap tahunnya, yang seakan menjadi tradisi turun-temurun. Ada yang pula yang keberatan untuk harus iuran aecara kolektif guna membeli keperluan hadiah, sehubungan orang tua juga sudah menyalurkan iuran melalui komite sekolah untuk memberikan bingkisan tahunan.

Ya, hampir semua kelas melakukan hal yang sama, melalui perkumpulan orangtua siswa, mereka secara kolektif menyediakan hadiah kepada walikelas masing-masing.

Hal ini justru menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan para guru. Hal yang tak bisa dipungkiri oleh pihak sekolah karena adanya kebiasaan pemberian hadiah di tiap kenaikan kelas.

Kepala Sekolah yang mewakili pihak sekolah dan guru, bahkan meminta dan menyarankan orangtua melalui komite, untuk tidak meneruskan pemberian tersebut kepada wali kelas. Karena pendidikan dan pembimbingan siswa bukanlah semata-mata peran wali kelas saja, tetapi juga para guru lainnya yang tidak menjabat atau tidak mendapat amanah sebagai wali kelas.

Bahkan ada celetukan atau sindiran yang kurang nyaman terdengar, kalau guru A bisa bawa pulang hadiah satu mobil tiap kenaikan kelas, saking banyaknya paket hadiah yang bisa di bawa pulang. Meski kenyataannya gak segitunya, ya. Tapi namanya sindirian dari rasa cemburu, bisa saja terjadi diantara para guru.

Lagi-lagi, kembali kepada niat, bahwa pemberian hadiah tersebut adalah bentuk apresiasi rasa terima kasih tulus antarkedua pihak.

Sebaiknya pemberian tersebut diserahkan merata kepada seluruh guru, tak terkecuali peran satpam dan office boy yang turut memberikan kenyamanan dan keamaan para peserta didik di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun