Gema takbir menggema lagi
Langit mendekap doa pemeluk sepi
Yang diam dengan munajat seorang diri
Kala yang lain bersuka ria menyambut raya
Ia hanya mendekap pusara lama
Sering kali raya mengudang air matanya.
Hari Raya semua bersuka cita
Menikmati hidangan tersedia dengan gegap gempita
Sedang di sudut ruang tak berjendela
Sekeluarga menanti dengan segenap doa
Akan hadirnya iba dari para tetangga
Menghantar hidangan serupa tuk disantap bersama
Sahutan takbir yang menggema,.
Seiring gemuruhnya beduk yang bersuara,
Diiringi dengan suka cita.
Namun ada suatu hal yang berbeda
Lebaran hari raya tanpa kedua orang tua
Demi mengejar cita-cita yang terencana
Walaupun lika-liku yang  terencana itu, membuat hati bimbang namun suatu keyakinan akan sukses, doa dalam hari raya akan selalu diijabah
Walaupun hanya seuntai doa yang ku kirimkan.
Takbir menggema memecah keheningan
Tenang, syahdu dan mengalun merdu
Memuncakkan rasa kecintaan dan kerinduan pada-Nya
Bukti taqwa dalam gema mulut yang terucap
Kerinduan dalam doa pun tergemakan
Semoga tahun depan masih bisa bertakbir bersama
Gegap gempita takbir menggema pompa smangat di dada
Anggap setiap hari adalah hari raya
Enyahkan luka duka nestapa
Sembelih  nafsu Angkara
Pasang penghalang serangan emosi jiwa manusia
Karna ikhlas  kita satu sama terhubung dengan lainnya
Lantun takbir kembali guyur seisi bumi
Kesan syahdu senantiasa tersirat di
sanubari
Debu yang melekat di jiwa tersulih kristal-kristal suci
Kita sebagai insan pantanglah letih tuk mendaki
Menuju puncak hidup bahagia yang abadi
Tegar beramal mulia hingga denyut nadi terhenti
Idul Adha hari kemenangan terbesar
Namun idul Fitri lebih ramai terasa
Apakah hanya ada di Indonesia?
Gema Kemenangan hari kurban berkumandang
Namun hati sunyi tak bertepi
Rupanya rasa indah surgawi akan terasa jika kita ikhlas dalam berkurban, termasuk mengorbankan jiwa raga untuk agama tercinta
Saat takbir mulai bergema
Pertanda hari raya segera tiba
Setiap orang menyambut gembira
Namun suara takbir bersahutan dengan suara tangisan
Orang tercinta dipanggil yang Kuasa
Suka dan duka berjalan beriringan
Umur tak ada yang memastikan
Kita akan berjumpa dengan takbir tahun depan
Detik demi detik berlalu
Purnama telah terbangun dari singgasana
Mentari terbentang di ufuk
Menyambut hari raya penuh akan suka
Gema takbir bersahutan di cakrawala
Awan-awan berarak memenuhi cita dan cinta para insan
Hati siapa tak bersuka kala Iduladha datang menebar bahagia
Raya kali ini memang masih seperti yang telah lewat
Masih sama tanpa hadirnya sosok yang lekat
Hanya saja kali ini mata tak lagi terasa hangat
Tersebab tegar dan ikrar menjadi lebih kuat
Hening malam pecah gema takbir bersahutan
Isak tangis sosok buram di rutan
Melayang terkenang tapak hitam
Nyawa melayang dalam kelam
Demi sesuap nasi pertahankan rupiah seperak
Naas, hasil memulung terpalak telak
Gema takbir telah berkumandang
Hiruk pikuk bahagia kian tampak
Semua bersuka cita ketika ia datang
Menyambut kemenangan setelah lama menapak.
Rumah Pena Alegori, Senin, 11 Juli 2022
***
#PuisiKolaborasi dari Komunitas Rumah Pena Alegori (para alumni kelas puisi) dengan Tema Hari Raya. Puisi bersambung bersama Sudirwan Naigeso, Siska Artati, Afijey Putra, Iecha Azzahra, Ry Kumala, Titi Ariswati, Fauzi Hammadfa, Wildana Ikhwanudin, Dhien, Zayn, Hanidar Fela Anandari, Rani Iriani Safari dan Yunita
***
Artikel 78 - 2022
#Tulisanke-378
#PuisiKolaborasi
#RumahPenaAlegori
#TemaHariRaya
#NulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H