Pagi tadi usai menjalankan ibadah sholat sunnah berjamaah Idul Adha bersama suami, saya meminta beliau untuk sarapan bersama sebelum pulang ke rumah.
Waktu menunjukkan jelang delapan pagi waktu Indonesia Tengah. Suasana mendung masih menggelayut di langit Kota Tepian Mahakam.
"Bunda pengen sarapan apa?" Jawaban atas pertanyaan suami, tentu dengan jenis makanan berkuah yang saya sukai.
"Katanya Ayah mau nunjukkin warung soto yang pernah diceritakan, enak gitu. Coba ke sana, yuk! Tempatnya dimana?" Saya balik bertanya.
Suami mengiyakan, berujar dengan harapan warungnya buka sepagi ini. Segera kami berdua meluncur ke tempat tujuan.
Tak sampai lima menit berkendara roda dua dari tempat sholat Ied menuju warung makan, tibalah kami di pelataran parkir Sop Ayam Klaten Pak Kus yang berada di Jalan Cempedak.
Pintu Warung terbuka lebar. Tampak dari luar, mangkok-mangkok putih bertumpuk dan berjajar, dengan beberapa ekor ayam kampung yang sudah masak, tertampung di atas tampah anyaman. Tetapi papan bertuliskan 'TUTUP' tergantung di kusen jendela warung.
Saya pun mencoba masuk, bersalam pada Mas Pelayan. "Permisi, warungnya buka jam berapa, Mas?" Dengan senyum ramah, si Mas menjawab bahwa warung buka jam delapan pagi, kira-kira beberapa menit lagi.
"Gak apa-apa kalau Ibu dan Bapak mau makan di sini sekarang. Sebenarnya kami sudah buka, kok. Cuma sedang mempersiapkan saja. Monggo," demikian si Mas mempersilakan kami masuk ke dalam warungnya. Suami pun segera memarkir kendaraan dan kami bersiap memilih menu.
***