Namun ternyata tidak demikian. Rupanya saat sedang menghadapi test di pintu pertama fashohah, peserta lain melakukan pendaftaran antrian. Qadarullah, beliau akhirnya juga melakukannya dan mendapatkan nomer besar. Jadilah wanita muda dua orang anak ini menunggu giliran dengan mengisi waktu berlatih mengulang bacaan dan hafalan quran.
Sesekali ia mendengar bisik-bisik dan obrolan sesama peserta yang sudah selesai tes di pintu Tartil, Gharib dan Tajwid tentang materi yang diujikan. Kegugupan dan kepanikan melanda mbak Aji.Â
Rupanya ada bagian tes yang beliau belum siap dan tak menyangka kelak bakal diujikan juga, yaitu menyebutkan nama surah, juz dan ayat yang menjadi bagian bacaan gharib.
Bersyukur ada jeda waktu dengan nomer antrian yang masih panjang, Mbak Aji berusaha menghafal dadakan sebisa dan semampunya untuk menyiapkan diri. Sehubungan selama ini saya puntidak terlalu mengkhususkan diri melatih beliau untuk halafan bagian tersebut.
Ditengah usahanya menghafal, ada 1 pintu ujian yang telah ditutup dan akan dilanjutkan pada hari yang lain, sehubungan si Penguji ada kegiatan lainnya. Debar hati semakin kencang melanda mbak Aji. Dipastikan hari itu ia tak akan menyelesaikan seluruh ujian. Namun ia bertekad mempersipkan diri kembali agar u tuk mengikuti ujian teraebut di hari yang ditentukan oleh panitia.
Akhirnya jelang sholat ashar, nomer antrian beliau tiba pada pintu Gharib yang merupakan ujian bagian akhi di hari itu. Persis adzan ashar, sang Penguji meminta jeda istirahat untuk sholat bersama. Usai sholat, ujian dilanjutkan lagi.
Saat lembar ujian tanya jawab telah selesai ia lalui, penguji mengucapkan terima kasih dan mempersilahkan untuk keluar dan berganti dengan peserta berikutnya. Dengan nafas lega, mbak Aji meninggalkan ruangan. IA tidak mendapat pertanyaan tentang surah, juz dan ayat yang telah ia hafal dadakan.
"Hikmah dan pelajaran yang saya dapatkan bahwa semua luruskan niat karena Allah. Beginilah rasanya ikut ujian. Merasa sudah siap, tapi sepertinya belum sempurna dengan apa yang sudab saya siapkan selama ini. Dengan hafalan dadakan, makin membuat saya bersyukur, bisa terus interaksi dengan Alquran dan mengingat pelajaran sebelumnya," kenangnya dengan mata sembab karena haru.
Lega sudah, ujian telah dilampaui. Hasil lulus syahadah telah siap dikantongi. Kelak ia bersiap mengikuti Metodologi Qiroati sebagai bekal kegiatan belajar mengajar meneruskan ilmu tahsin.
***
Hari ini, dengan haru dan bahagia, kami melingkar sejenak di mushola kantor dinas, guna mengadakan syukuran atas kelulusan Mbak Aji.
Sekaligus juga pisah kenang dan mohon doa bersama para bunda untuk keberangkatan kakak saya yang sudah pensiun dari ASN-nya, sehubungan beliau akan pulang dan menetap kembali di Jawa Tengah.Â