Pertama, doa.Â
Ini merupakan hal pertama dan utama, karena tidak setiap waktu selamanya kita bersama anak, mengawasinya, dan mendampinginya. Kekuatan doa adalah segalanya dalam melibatkan Allah SWT di setiap aktivitas kita, termasuk dalam merancang masa depan yang hanya Allah sajalah yang tahu tentang kehidupan mendatang.
Allah adalah sebaik-baik penjaga alam semesta ini, sebagaimana firmanNya dalam QS.Ibrahim ayat 35, 40 dan 41; QS. As-Shaffat ayat 100; QS. Al-Baqarah ayat 127-128 san QS.Ali Imran ayat 38.
Saat kita tak bersama mereka, jauh dari pandangan dan pelukan, doa kita sebagai orangtua sejatinya adalah tameng dan penyambung pengawasan. Anak adalah titipan Allah, maka kita titipkan pengawasan kepadaNYA.
Kedua, fokus pada tujuan.
Tanyakan kepada anak-anak, kelak ingin berprofesi sebagai apa, bagaimana gambaran kehidupan yang ingin dijalani. Kita dengarkan apa yang menjadi pendapat atas cita-citanya.
Diskusikan bersama mengenai sekolah yang dituju, kursus apa yang bisa mendukung cita-citanya, lingkungan pertemanan dan pergaulan yang positif dan mendukung.Â
Proses ini juga kami lalui, saat anak menyatakan keinginan dan cita-citanya. Kami memberikan saran dan masukan yang dibutuhkannya. Sesuai harapan anak, hasil psikotest yang dijalani pada akhir pembelajaran sekolah tingkat pertama dan penerimaan siswa baru calon sekolah tingkat atas, menunjukkan arah kecenderungan jurusan atau profesi sesuai yang diinginkannya saat ini.
Ya, anak memiliki keunikan masing-masing dengan kepribadian dan karakter yang melekat. Mereka memiliki cita-cita dan tujuan hidupnya sendiri.
Namun, kita tetap bisa mengarahkan mereka dalam hal fundamental berkaitan dengan aqidah, syariat dan akhlak.
Ketiga, segitiga pengaruh