Suasana Idul Fitri di bulan Syawal ini masih terasa, tentu saja berbeda suasana, tak seperti dua tahun sebelumnya di masa pandemi.
Sejak Ramadhan tiba, kegembiraan menyambut bulan suci sungguh mewarnai suka cita ummat.
Tarawih bisa kembali digelar berjamaah dengan shaf yang rapat. Meski tetap melaksanakan protokol kesehatan, namun rasa khawatir telah sirna dari benak kita akan tertular virus berbahaya.
In syaa Allah hampir setiap anggota masyarakat telah melaksanakan perlindungan diri dengan vaksin 1, 2 dan booster sesuai anjuran pemerintah. Itulah upaya yang dilakukan sebagai bentuk pencegahan agar tidak terjadi penularan.
Demikian juga dengan kegiatan i'tikaf terbatas di masjid-masjid yang menyelenggarakannya, pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.
Saya pribadi hanya sholat tarawih berjamaah di rumah bersama Nakdis sepanjang ramadhan rahun ini. Terkadang bersama suami saat cuaca sedang tidak bersahabat. Selebihnya beliau habiskan waktu berjamaah di masjid terdekat.
Demikian juga dengan kegiatan taddarus Quran, saya melakukan tilawah di rumah, alhamdulillah bisa menunaikannya hingga beberapa kali khataman.Â
Pada tahun-tahun sebelum pandemi, biasanya para bunda berkumpul di salah satu rumah tetangga, bergiliran kita membaca juz masing-masing untuk khataman. Namun pada tahun ini, kami memilih tetap melakukannya di rumah masing-masing.
***
Kami bersyukur bisa melaksanakan sholat Ied dengan hikmat bersama warga masyarakat. Bertempat di calon bangunan masjid perumahan kami yang masih berbentuk tiang-tiang pancang dan lantai dasar bersemen biasa. Namun tak melunturkan semangat dan kegembiaraan melaksanakan sholat sunnah ini dalam merayakan lebaran.
Sejak dini hari hingga subuh, hujan mengguyur deras. Beberapa anggota pengurus membersihkan genangan air pada gelaran terpal untuk jamaah sholat Ied. Alhamdulillah, cuaca mulai terang jelang sholat Ied dilaksanakan.
Lagi-lagi, rona bahagia memancar dari wajah-wajah segenap insan, bisa melaksanakan sholat berjamaah, shaf penuh dan rapat, bahkan bersalaman tanpa ragu saling bermaafan usai sholat Ied.
Warga masyarakat lainnya bisa melaksanakan mudik dengan aman, setelah sekian lama menahan rindu pada kampung halaman. Bagi perantau seperti keluarga kami yang tak mudik, saling berkunjung ke rumah tetangga dan sahabat adalah obat penawar kangen dengan keluarga.
Bersama mereka, tak mengurangi kebahagiaan merayakan hari kemenangan. Beberapa diantara kami sengaja menunda kepulangan, karena anak-anak sebentar lagi mengikuti ujian kenaikan kelas, pembagian raport dan perpisahan sekolah.
Berbagai hidangan lebaran tersaji di rumah kami dan rumah-rumah warga. Lontong, ketupat, opor ayam, adalaj hidangan wajib yang selalu tersedia. Namun menu lain seperti bakso, daging rendang, soto ayam, tekwan, mpek-mpek, sayur asam, ikan asin, ikan bakar, lontong sayur, rawon, sate dan hidangan berkuah lainnya, tak kalah nikmat untuk disantap.
Tetap harus bersiap menjaga kondisi kesehatan, jangan kalap mata sehingga semua hidangan serasa ingin disantap semua. Belum lagi kudapan yang ditata dalam toples-toples cantik, sungguh memikat selera makan kita.
***
Kini tak terasa memasuki hari kelima lebaran. Diantara kita ada yang menjalankan puasa sunnah syawal. Keluarga kami in syaa allah melaksanakannya pekan depan, sehubungan masih adanya tamu hadir ke rumah dan undangan open house dari beberapa kawan.
Disela kegiatan mengurus kondisi rumah, saya menyediakan waktu khusus seperti semula, yaitu membaca buku. Novel-novel menarik telah menanti. Baru tuntas 1 buku karya Tere Liye menemani waktu bersantai.
Penasaran dengan seri lanjutannya di novel berikutnya, saya bersiap 'melahap'nya selama sepekan ke depan.
Biasanya usai lebaran, 'me time' berlanjut dengan creambath di salon langganan, atau mengundang mbok pijet ke rumah. Tapi saya belum menentukan jadwal pasti untuk melakukannya. Justru novel-novel ini yang menggiurkan saya untuk tuntas membacanya.
Beberapa kawan saya ada yang mengirim foto-foto traveling selagi mudik di kampung halaman masing-masing. Ada yang hiking ke gunung, bersepeda menikmati alam di sekitar wilayah desa-desa, berkuliner ke kota-kota terdekat. Bahkan reunian keluarga besar atau dengan kawan masa sekolah.
Apapun waktu yang tersedia selama menikmati lebaran, sungguh sebuah kebahagiaan dan kesyukuran atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Bagaimana dengan Anda?
Doa saya, tetaplah semangat, bahagia dan sehat selalu!
***
Artikel 53 - 2022
#Tulisanke-353
#DiarySiskaArtati
#MeTime
#Lebaran2022
#NulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H