Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Mudikku Justru Saat Tak Berlebaran

25 April 2022   06:42 Diperbarui: 25 April 2022   06:56 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat merantau dari desa tempat saya tinggal di sebuah kota kabupaten di Jawa Tengah ke Ibukota Propinsi guna melanjutkan pendidikan tinggi, saya melakukan pulang kampung alias mudik pada saat liburan minggu tenang jelang ujian semester, liburan semesteran dan masa Idul Fitri atau Idul Adha.

Berbeda dengan kebanyakan mahasiswa lainnya yang bisa pulang kampung sepekan sekali, dua pekan sekali atau sebulan sekali dengan jarak tempuh cukup dekat menggunakan kendaraan umum dalam 1 atau 2 jam perjalanan saja. Kerinduan yang ada untuk bertemu orangtua, berusaha saya tahan hingga waktu liburan tiba, meaki kadang iri juga dengan kawan-kawan laon yang bisa pulang sejenak bertemu orangtua si akhir pekan.

Itu sebabnya, kerinduan saat itu hanya bisa saya salurkan melalui surat-menyurat kepada Ibu, kakak dan sahabat. Bahkan saat ramadhan, berburu kartu ucapan idul fitri menjadi fenomena yang dirindukan, untuk dikirim kepada mereka melalui pos.

Pada masa itu, saya mudik menggunakan kereta api atau bis umum dengan harga terjangkau. Disambung pula berkendara angkutan unum antarkota mwnuju terminal kampung dan becak untuk tiba di depan rumah.

Berbeda cerita ketika saya sudah merantau ke Kota Tepian Mahakam ini. Saat saya aktif bekerja di perusahaan asing, mudik hanya saya lakukan sekali dalam setahun di saat lebaran, sesuai jatah cuti yang diberikan oleh perusahaan plus cuti tahunan sebagai hak karyawan. 

Masa cuti benar-benar saya manfaatkan sebaik-baiknya untuk bisa berlebaran bersama keluarga dalam jangka watu agak lama, mumpung masih lajang saat itu.

***

Sayangnya, setelah menikah, keluarga kami tidak pernah mudik di saat lebaran. Selain karena harga tiket yang naik drastis tentunya, serta segala kemacetan dan keriuhan para pemudik, kami putuskan untuk tidak mudik saat lebaran.

Pernah kami punya pengalaman mudik sehari jelang Idul Adha di kampung halaman suami saya, MasyaAllah, keramaian dan kemacetannya juga luar biasa, apalagi jika idul fitri ya. Tapi itulah yang dirindukan oleh warga negeri kita. Mangan ora mangan asal kumpul, berkumpul bersama keluarga adalah kenikmatan tiada tara.

Kami hanya pulang kampung saat keluarga besar mengadakan hajatan seperti pernikahan keponakan. Saat ada salah satu keluarga meninggal, yang bisa pulang sejenak pun tak seluruh anggota keluarga bisa terbang menuju kampung halaman. Hal ini karena keterbatasan biaya, kondisi jadwal sekolah anak dan pekerjaan suami serta pertimbangan lainnya.

***

Demikian pula tahun ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami tetap memutuskan untuk tidak mudik di saat lebaran. Meski cuti bersama telah dicanangkan dengan hari yang cukup panjang, namun kami menahan diri untuk mudik nanti، 

in shaa Allah kami berencana pulang kampung bersamaan mengantar kakak kami pindahan ke Jawa menikmati masa pensiun mereka usai masa lebaran.

Biaya mudik di hari raya tentu tidaklah sedikit. Pasti lebih tinggi dari harga reguler biasa. Kita bisa mempersiapkan biaya perjalanan yang timbul beserta pernak-pernik oleh-oleh sejak jauh-jauh hari  bulan, bahkan tahun. Menabung sedemikian rupa agar bisa kumpul bersama saat lebaran.

Hal tersebut juga kami lakukan. Namun pelaksanaannya justru bukan saat lebaran. Hasil menabung untuk mudik, kami peruntukkan saat keluarga besar berkumpul bersama dalam acara hajatan besar.

Pertimbangan ini kami lakukan, justru sanak saudara dan kerabat jauh, keponakan dan cucu berkumpul lengkap adalah di saat gelaran hajatan pernikahan anggota keluarga besar.

Jika hari raya tiba, yang berkumpul dan hadir hanya beberapa anggota keluarga saja, sehubungan masing-masing telah berkeluarga dan mengutamakan ngumpul bareng dengan keluarga dan kerabat dari ipar atau mertua mereka.

***

Apapun keadaannya dan kondisinya, mudik lebaran adalah momen yang sangat dinanti. Selain berkumpul dengan sanak famili, berjumpa dengan handai tolan di kampung halaman adalah keseruan tersendiri.

Ngider, istilah yang kami gunakan di kampung  keliling bersilaturahim dari rumah ke rumah usai sholat Ied, untuk bersalaman dan saling memaafkan dengan warga sekitar.

Kisah seru pun menyelimuti pertemuan warga dari ngider ini. Kabar tentang anggota keluarga yang merantau dan pulang membawa cerita menarik. Kesuksesan anak dari tahun ke tahun baik tentang pendidikan dan pekerjaan, pertemuan jodoh dan berita seputar pernikahan, juga kegembiraan kelahiran anggota keluarga dan lain sebagainya.

Semua bukan karena pamer, melainkan berbagi kabar gembira pada warga di hari raya. Bertemu belum tentu bisa setahun sekali seperti saya. Tentu berbagi cerita dan pengalaman menjadi bumbu serunya obrolan ngider.

***

Kapanpun anda berpergian, utamanya mudik ke kampung halaman yang membutuhkan waktu lama meninggalkan rumah, sebaiknya mempersiapkan dengan sebaik-baiknya agar tidak merasa was-was saat mudik.

Saya pribadi bekerja sama dengan ART dan tetangga dalam penjagaannya. Seperti menyalakan dan mematikan lampu. Begitu juga kebersihan dalam dan luar rumah. Semua isi kulkas juga saya serahkan ke ART agar bisa digunakan untuk keperluannya. Tetangga yang tidak mudik, membantu kami untuk mengawasi keadaan rumah.

Untuk keluarga sendiri, kami bersiap dengan menjaga kondisi kesehatan. Minuman hebal, obat teman perjalanan yang dibutuhkan, dipersiapkan sejak awal.

Tiket fisik (jika ada) dan uang dipersiapkan dalam tas dengan baik. Gawai siap dengan baterai penuh dan powerbank jangan tertinggal untuk kebutuhan pendukung baterai selama beperjalanan.

Bahkan buku tabungan tetap kami bawa, jaga-jaga apabila kartu ATM mengalami kejadian seperti tertelan mesin atau kartu rusak mendadak. Minimal bisa tarik tunai di bank kota tersebut dengan menunjukkan buku tabungan dan KTP.

Kami tak memilik kendaraan pribadi, sehingga saat mudik menggunakan transportasi umum, dan kadang dijemput kendaraan dari keluarga setiba di bandara atau stasiun kereta.

Nah, bagi pengguna kendaraan online, siapkan juga dana di aplikasi, untuk mengurangi aktivitas transaksi tunai agar terhindar dari kuman yang menempel pada uang kertas atau logam.

Alhamdulillah  pembaca Kompasiana juga sudah melindungi diri dengan Vaksin dan Booster kan? Itulah upaya terbaik kita untuk menjaga kesehatan selama mudik, tak lupa berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar perjalanan lancar ya.


Agar semakin ceria dan semangat bermudik lebaran, saya sematkan lagu asyik dari KemenPUPR. Lagu lawas yang sangat saya suka dan mengingatkan tentang Mudik Lebaran.

Selamat Pulang Kampung, Pulang Kampung Harus Selamat!

HAPPY MUDIK!

Salam sehat, salam bahagia!

***

Artikel tentang kisah lebaran, pembaca bisa mampir di:

Rindu Baju Kurung Jahitan Ibu Saat Berlebaran

***

Artikel 50 - 2022

#Tulisanke-350
#Mudik2022
#MudikLebaran
#Ngider
#TradisiPulangKampung
#NulisdiKompasiana

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun