Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Segar Artikel Utama

Rindu Baju Kurung Jahitan Ibu Saat Berlebaran

18 April 2022   05:35 Diperbarui: 18 April 2022   12:48 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://www.hipwee.com

Maklum, kami hanya memiliki mesin jahit manual, bukan yang otomatis seperti mesin jahit masa kini.

Baju kurung yang kami kenakan adalah model sederhana. Blus lengan panjang dan bagian bawahnya sebatas paha. Bagian leher memang tidak berkerah, hanya berhias tali panjang untuk pemanis yang diikat di atas dada.

Ilustrasi gambar: https://www.hipwee.com
Ilustrasi gambar: https://www.hipwee.com

Kadang Ibu menjahitnya dengan model kancing bungkus 3 atau 4 buah di depan dada, mengurangi hiasan renda karena warna-warni kain baju kurung sengaja dipilih dengan corak bunga-bunga indah.

Kami pun hafal, kain songket warna apa dan ukuran mana yang cocok dikenakan oleh kami. Kain yang selalu tersimpan rapi di lemari pakaian, khusus dikenakan pada acara tertentu, seperti halnya saat berlebaran. Kain songket buatan daerah asal ibu.

Warna songketnya sangat menarik, ada merah marun, ungu semburat jingga, dengan setail warna keemasan pada sulamannya.

Tak hanya kami yang mengenakan, ibu pun memakainya hampir setiap lebaran. Menjadi ciri khas ibu yang tak meninggalkan identitasnya sebagai wanita melayu, meski hanya setahun sekali beliau berdandan secantik dan serapi mungkin di hari penuh kemenangan.

Bahkan saat keluarga kami masih lengkap ketika ayah masih ada, perhiasan emas yang biasanya tersimpan rapi di kotak perhiasan, dikeluarkan untuk kami kenakan saat berlebaran, sebagai pelengkap penampilan hari raya.

Kami memang sangat jarang mengenakan perhiasan, jadi saat berlebaran, itulah saat menggembirakan memilih perhiasan mana yang akan dikenakan esok saat idul fitri.

Eits, jangan berpikir kami pamer, ya Pembaca. Hal tersebut hanyalah tradisi keluarga kami, yang dalam keseharian memang tidak menggunakan perhiasan. Jadi ibu mengajarkan kami mengenakannya saat merayakan idul fitri saja.

Jadi, usai sholat Ied, bersilaturahim dengan tetangga, makan dan foto bersama di rumah, maka saatnya melepas perhiasan tersebut dan disimpan kembali ke kotaknya. Kelak kami mengenakannya kembali tahun depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun