Sebagaimana Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa juga mengenal kata berimbuhan. Dari kata dasar paring, mendapat imbuhan menjadi kaparingan (mendapatkan pemberian atau diberikan sesuatu).
"Saya berharap, warung ini diberikan rezeki dan berkah dengan hadirnya pelanggan yang kerso dahar disini," ujar Bu Ruyati. "Dan pelanggan mendapatkan rezeki dan berkah dari masakan ibu, ya Bu," timpal saya mendoakan.
"Aamiin, Bu. Kappari itu dari kata paring, lalu saya plesetkan sedikit biar agak berbau milenial seperti itu," Bu Suryati tertawa lebar.
MasyaAllah, ternyata nama yang tersemat doa tersebut memiliki filosofi yang dalam, saling memberikan keberkahan bagi penjual dan pelanggannya. Berkah sehat dan manfaat dari makanan yang disantap, seperti yang tertera di tagline Bubur Ayam Kappari: Halal dan enak!
***
Tak hanya menikmati Bubur Ayam Spesial, senin lalu saya pun penasaran mencicipi Capcay buatan Warung Kappari. Sepagi itu ada warung yang menyediakan menu Capcay yang langsung tersaji hangat dari dapur, rasanya sungguh menggugah selera. Biasanya kan masakan begini hadir di sore atau malam hari.
Rasanya beneran nikmat, pas takaran bumbu, sayuran dan saus tumis kuahnya. Saya sengaja memilih Capcay goreng agar bisa menikmati sayurannya yang krenyes. Dan beneran enak banget, pembaca!
Alhamdulillah, saking nikmatnya, ludes deh, semangkuk bubur ayam spesial dan sepiring capcay goreng. Dua gelas teh hangat pun tak tersisa. Doyan iya, lapar ho-oh, kenyang pasti!
But, anyway, apakah Anda tim makan bubur ayam dengan cara diaduk atau langsung santap? Nah, itu tergantung selera menikmati hidangan.Â