Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Kejujuran, Mata Uang yang Tetap Berlaku hingga Akhir Zaman

9 Desember 2021   14:09 Diperbarui: 19 Desember 2021   11:45 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beliau mencatat dengan detail, berapa rupiah yang masuk dan keluar di hari itu. Kami semua sudah hafal, jika ibu berteriak memanggil anaknya satu per satu untuk diinterogasi, berarti ada catatan yang kurang pas, dan diduga ada uang yang hilang dari dompet ibu karena ulah kami.

Jika ketahuan dan mengaku, ibu tak jera menghukum dengan pekerjaan rumah. Jika karena ibu yang lupa mencatat, kami yang berkerumun mengingatkan tentang belanjaan hari itu.

Ilustrasi gambar http://semangat45.co
Ilustrasi gambar http://semangat45.co

Bahkan, koin lima perak yang keluar dari dompet dan dipake buat kerokan saja, ibu tetap mencatatnya! 

Saya dan kakak sering iseng mengambil koin itu buat nambah biaya beli es tung-tung. Karena daku si Bungsu yang sering disuruh-suruh atas permintaan kakak, maka saya lah sering kena hukuman ibu.

"Kenapa mau disuruh ngambil yang bukan hakmu? Gak minta izin pula sama ibu. Mentang-mentang yang nyuruh  kakakmu, nanti lama-lama kebiasaan. Disuruh ambil hak orang lain oleh kawanmu, sahabatmu, keluargamu yang lain juga. Yang rugi kamu sendiri, Nduk. Nanti orang jadi gak percaya sama kamu."

Kakak juga kena omel, hukumannya lebih berat dari saya.. Ibu menasehati agar tidak mengajari adiknya mencuri, walau itu di rumah sendiri dan bernilai kecil bagi kami. Sejak itu, kami kapok mengambil uang kerokan, apalagi ngambil dari dompet ibu. Seumur-umur saya gak pernah melakukannya.

Kembali soal catatan cash flow rumah tangga, ibu melakukannya untuk memberikan contoh pada kami, agar jujur dengan uang pemberian suami, catat dengan detail, dipakai untuk apa saja, digunakan untuk apa, dibelikan untuk keperluan aja.

"Padahal Bapak yo nggak nanya nritik nang Ibu" senyum ibu mengenang masa itu saat berbagi cerita kepada kami.

Hal itu juga menjadi pembelajaran sebagai bentuk tanggung jawab darimana uang atau pendapatan berasal dan diperuntukkan untuk apa uang tersebut. Semua tercatat hitam di atas putih.

***

Kejujuran yang orangtua ajarkan kepada kami dari kegiatan sehari-hari, menegakkan prinsip yang takbisa dibeli dengan rupiah berpundi-pundi. Jujur iku ajining diri, kehormatan pribadi yang dijunjung tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun