Bulik pun setuju, bahkan dari hasil bekerja di sana, justru dipercaya untuk bekerja penuh, dan tetap bekerja paruh waktu di rumah saya. Karena jadwal menyetrika dan menjemput dapat disiasati jam-jamnya. Saya pun tak keberatan. Namun, tetap sepakat bahwa urusan keluarga kami diutamakan oleh Bulik.
***
Suatu masa, tetangga yang menggunakan jasa bulik sebagai ART pindah ke luar pulau. Saya menawarkan Bulik untuk bekerja di keluarga lain, namun ia menolak. Ia hanya mau menerima jasa setrika saja. Ia benar-benar tidak mau bekerja lagi di tempat lain.
Bersyukur, ada tetangga yang berkenan menggunakan jasanya untuk urusan setrika baju.
Bahkan bila ada keluarga yang butuh tenaga bersih-bersih karena rumah terlalu lama di tinggal penghuninya, Bulik tak segan membantu dengan uang jasa yang disepakati kedua belah pihak.
***
Tak terasa, Bulik Yuli telah 11 tahun bersama keluarga kami. Jika ditanya, "Kok awet banget Bulik kerja sama kamu, Mbak?"Â Saya hanya bisa menjawab, "Tanya aja ke Buliknya langsung. Aku mana tahu lah kenapa dia betah."
Pernah saya melontarkan pertanyaan itu ke Bulik, ia menjawabnya dengan senyum simpul dan bilang:Â "Nggeh, duko, Bu. Mboten kepikiran kerjo liyane malih."Â (Ya, nggak tahu, Bu. Gak kepikiran kerja di tempat lain lagi).
Begitulah perlakuan kami kepada Bulik, demikian oula sebaliknya.
Tak menganggapnya sebagai pembantu dan dia kami anggap seperti saudara. Ia telah menjaga dan merawat rumah kami dengan baik, begitu pula membantu menjaga dan merawat anak kami sejak balita hingga mengurus keperluan di usia remaja kini.
Saya mengajarkan anak saya untuk hormat, salim tangan, mengucapkan terima kasih atas segala bantuan. Bulik pun menyayangi keluarga kami terlihat dari sikap dan perilakunya.
Semoga, hubungan kami tetap awet.
Aamiin.
***
#Tulisanke-279
#TopikPilihanAsistenRumahTangga
#DiarySiskaArtati
#NulisdiKompasiana