Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kemarau dan Hujan, Hadirmu Tetap Kurindukan

2 September 2021   11:27 Diperbarui: 2 September 2021   11:49 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepasang petani bawang yang sedang berlindung di bilik bambu beratap terpal plastik, mendekat dan membantu kami untuk segera berteduh.

Saya dan kakak masuk ke dalam tenda kecil di pinggir sawah, bersisian dengan jalan desa. Berempat kami meringkuk, kedinginan. Kakak memeluk saya yang sudah mulai menggigil. Saya takut, benar-benar takut. Angin diluar sangat kencang bergemuruh, seiring dengan hujan besar yang menghantam bumi.

Bilik petani nyaris tercabut tersapu badai. Sekuat tenaga mereka memegangi terpal yang tersemat. Kami pun sempat mendengar derak-derak pepohonan yang jatuh di jalanan. Sungguh, ini peristiwa yang baru pertama kali saya alami.

Sekitar satu jam keadaan tersebut berlangsung. Saya menangis lirih dalam pelukan kakak sembari berdzikir. Lambat laun, hujan mulai mereda. Angin hanya sesekali menghantam terpal.

Melihat suasana mulai bersahabat, kami mohon pulang untuk segera berlari ke rumah yang tinggal beberapa ratus meter lagi. Dengan mengucapkan terima kasih atas pertolongan mereka, kami pun pamit.

Saya lebih dahulu berjalan cepat meninggalkan kakak. Ia melindungi saya dari belakang sembari membawa peralatan kursus yang telah basah kuyup. Sepanjang jalan, pemandangan jalan desa dipenuhi dengan reruntuhan ranting dan dahan, berserakan.

Alhamdulillaah, saya tiba di rumah dengan selamat, disambut ibu dan kakak yang lain. Rupanya semua listrik dipadamkan. Beberapa pohon tua ada yang roboh karena badai angin. 

Ibu langsung memandikan kami berdua dengan air hangat. Kakak saya yang lain menyiapkan teh hangat, prihatin melihat kondisi saya yang menggigil hingga bibir gemetar.

Sejak sore hingga pagi menjelang, saya tidur dengan nyaman dalam pelukan ibu, di musim hujan yang membuat saya terkenang kehangatan beliau.

Dan, satu lagi. Keseokan harinya, dari pagi hingga siang, saya dan kawan-kawan melakukan gladi bersih untuk tampil membawakan tari dan kesenian lainnya dalam rangka menyambut pergantian tahun di lingkungan perumahan pabrik gula.

Malam harinya, pentas seni tetap dilaksanakan sesuai jadwal, meski tanpa listrik. Sebagai gantinya, penerangan menggunakan pertromak, lilin, dan senthir (lampu minyak) Senter digunakan seperlunya untuk keperluan Master Ceremony mengantarkan rangkaian acara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun