Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menikmati Sarapan dengan Sensasi Gurih Ketupat Kandangan

11 Agustus 2021   10:24 Diperbarui: 11 Agustus 2021   11:13 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketupat Kandangan (sumber gambar: https://www.pegipegi.com)

"Yah, sarapan soto yuk! Bunda pengen maem yang berkuah segar." Demikian saya mengajak suami keluar rumah untuk sarapan berdua, sembari sekalian ke pasar, berbelanja bahan masakan hari ini.

Suami setuju. Kami pun bersiap meluncur ke warung soto langganan. Namun, tiba-tiba suami berubah pikiran saat asyik berkendara. "Kita makan ketupat kandangan aja, ya Bun. Sudah lama juga gak maem disana. Toh berkuah juga."

Saya pun mengiyakan saja, mumpung selera makan pagi beliau mau menyesuaikan menu favorit saya yang suka makanan berkuah. Biasanya beliau lebih suka yang 'garing' seperti pecel, nasi uduk, nasi campur atau gado-gado.

Spanduk Ketupat Kandangan (Dok.Pri. Siska Artati)
Spanduk Ketupat Kandangan (Dok.Pri. Siska Artati)

Dengan menempuh perjalanan sekitar empat kilometer saja dari rumah dengan bersepeda motor, mata saya berbinar melihat spanduk dari jauh, yang terpasang di tepi jalan depan warung acil penjual Ketupat Kandangan. 

Begitu parkir motor, langsung kami berdua segera memesan dua porsi makanan beserta dua gelas teh hangat.

***

Seporsi ketupat kandangan (Dok.Pri.Siska Artati)
Seporsi ketupat kandangan (Dok.Pri.Siska Artati)

Ketupat Kandangan (Bahasa Banjar: Katupat Kandangan) merupakan kuliner khas yang berasal dari daerah Kandangan, Kalimantan Selatan. Seperti ketupat pada umumnya, bahan untuk membuat ketupat berasal dari beras. 

Perbedaan ketupat Kandangan dengan jenis ketupat lainnya adalah penggunaan ikan gabus (haruan) sebagai menu pelengkap. 

Ikan gabus ini dipanggang lebih dulu sebelum dimasak menggunakan santan. Kemudian, ikan gabus beserta kuahnya disiramkan ke ketupat. Kuliner ini dapat dihidangkan untuk makan pagi, siang atau malam.

Ketupat disiram dengan kuah bersantan yang diracik dari bumbu-bumbu tradisional seperti kayu manis, pala, cengkih, dan kapulaga. 

Kuah agak kental dengan rasa yang sangat khas gurih. Untuk bersantap biasanya ada sepotong ikan asap. Ikannya bisa menggunakan gurame, patin, atau gabus.

***

Ketupat Kandangan Jl.P.Antasari Samarinda (Dok.Pri Siska Artati, olah foto inCollage)
Ketupat Kandangan Jl.P.Antasari Samarinda (Dok.Pri Siska Artati, olah foto inCollage)

Dengan semangat '45, kami menyantap hidangan khas Kalimantan Selatan ini. Ketupatnya yang gurih bercampur kuah santan yang telah berbumbu, dipadu dengan lauk ikan gabus atau ikan haruan asap. Ikan tersebut dikucur dengan sedikit kuah santan kental di atasnya.

Masakannya masih hangat dari dalam panci-panci besar, menguarkan aroma rempah yang wangi. Ditambah dengan sambal merah yang tersedia di meja makan, selera saya makin nge-gas dengan paduan ini saat hidangan tiba di depan saya.

Berdua menikmati suasana pagi bersama suami dengan menyantap kuliner ini, mengingatkan saya saat pertama kali hijrah ke Samarinda.

Sekitar tahun 2001, seingat saya, diajak kakak merayakan lebaran di Kota Banjarmasin. Kami melakukan perjalanan darat menggunakan bis umum. Beberapa jam di tengah perjalanan, saya melihat ada papan-papan reklame sederhana yang menampilkan tulisan Kupat Kandangan.

Saya yang tidak paham - mengira ada kupat di dalam kandang - mendapat penjelasan dari kernet bis, bahwa itu adalah makan khas daerah Kandangan. 

Kandangan adalah sebuah kecamatan sekaligus ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kandangan terletak di tepi sungai Amandit dan berjarak 135 km di sebelah utara Kota Banjarmasin, Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan

Kandangan terkenal dengan makanan-makanan antara lain dodol, lemang, dan ketupat khas Kandangan.


Oh, barulah saya paham. Ternyata nama itu adalah nama sebuah wilayah, bukan berarti kandang dalam pemahaman saya. Kami pun sempat menjajal makanan ini langsung di daerah tersebut. Dah lama sekali kejadian.

Untunglah, di Kota Tepian Mahakam ini ada penjual Kupat Kandangan yang sensasi gurihnya sangat lumer di lidah, enak banget! Terletak di Jl. P.Antasari - Samarinda.

Oiya, harga dua porsi masakan plus dua gelas teh hangat beraroma melati adalah empat puluhribu rupiah! Jangan kaget ya, memang harga di sini agak mahal dibanding kuliner di Pulau Jawa. Namun, harga tersebut sebanding dengan lezatnya kuliner yang kita nikmati dan gak bikin nyesel.

Alhamdulillah, jualan Acil laris manis, sepagi tadi saya datang, beberapa pelanggan pun silih berganti hadir memesan. Ada yang makan di tempat dengan melakukan protokol kesehatan, ada yang bungkus untuk disantap di rumah.

Demikian, berbagi kuliner hari ini.

Sehat selalu, Pembaca Kompasiana dimanapun Anda beraktivitas!

***

Acil = tante / bulik, dalam bahasa Banjar

Referensi: 1 dan 2

Silakan mampir di artikel: 

Menu Sarapan: Antara Pecel, Uduk, atau Nasi Kuning

#Tulisanke-236 di Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun