Netra bening itu menatap tajam
Tak seharusnya menyaksikan pemandangan yang kejam
Namun sederet peristiwa pilu tergelar
Disertai dentuman keras yang menggelegar
Setiap kala bibirnya bergetar
Mengumandangkan asma Allahu Akbar
Dalam dadanya penuh sesak dengan harap dan doa
Kiranya negerinya bisa segera aman, damai, sentosa
Manik netranya berurai airmata
Sedih pilu jelas terasa
Kebebasan bermain dan bersekolah dengan aman dan ceria
Tak dirasa nyaman oleh diri dan teman sebaya
Suasana negeri sedang berduka
Berjibaku memperjuangkan kemerdekaan
Telah terenggut berjuta nyawa
Mempertahankan negeri Palestina
Teman bermain menjadi korban
Ayah bunda pun berpulang syahid
Boleh jadi luluh lantak gedung dan jalanan
Tapi semangat mengusir kekejaman terus terpatri
Sorot netra itu tetap berharap
Dengan sepenuh doa
Agar konflik tak lagi berkepanjangan
Dan angkara murka segeralah pergi jauh dari negerinya yang damai.
Bibir gadis kecil itu terus berdzikir
Mengumandangkan Subhanallaah, Wal Hamdulillaah, Wa laailaha illallahu Wallaahu Akbar, Wa laa haula Wa laa Quwwata illabillah
Mengobarkan semangat juang bagi semesta yang mencintai negeri nan suci.
Doa yang tiada pernah henti bermunajat kepada Illaahi Rabbi.
***
Puisi untuk Palestina.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H