Lantas, se mana para ayah? Kenapa hanya Ibu Inspiratif?
Bisa di bilang bahwa negara kita masih mengalami apa yang disebut dengan fatherless country (negeri tanpa ayah), yang mana peran ayah dalam mendidik anak antara ada dan tiada.Â
Tugas dan peran mereka hanya sebagai pencari nafkah dan pemimpin keluarga, mengalihkan urusan pendidikan dan pengasuhan anak kepada ibu. Padahal dalam hal tersebut, sebaiknya dilakukan bersama demi terwujudnya cita-cita yang diinginkan oleh keluarga.Â
Di lain pihak, ada juga karena situasi dan kondisi, pengasuhan anak dilakukan oleh pihak ketiga, seperti nenek, tante, paman, atau asisten rumah tangga karena kesibukan ayah dan ibu. Nah, ketika timbul anak bermasalah, mengganggap anaknya salah. Padahal bisa jadi ini karena bersumber dari orangtua.
Ada tiga prinsip dasar menjadi ibu inspiratif:
Pertama, musti pahami bahwa sebenarnya anak terlahir sebagai makhluk yang mandiri.
Kita amati saat dia balita, belajar dan berlatih berjalan. Ia jatuh, lalu bangun lagi. Berjalan tertatih, jatuh, bangkit lagi. Tak ada yang mengajarinya agar ia harus berjalan, karena ia akan melakukannya secara alamiah setelah melewati masa merangkak.
Kalau pun toh ia hidup sendiri, ia tetap akan melakukan hal tersebut tanpa bantuan orang lain. Anak-anak tidak akan putus asa, fitrahnya adalah mandiri.
Nah, lingkungan lah yang kadang "mematikan" potensi kemandirian tersebut. Saat anak berjalan mengeksplor kemampuan naik tangga, memegang meja atau kursi, yang bisa saja kemungkinan terjatuh, terantuk, dan sebagainya, justru yang sering kali ditemukan orangtua malah melarang sehingga anak jadi ragu untuk melangkah.
Jika anak meniru ibu dalam mengembangkan minatnya di dunia kuliner, siapkan saja segala peralatan, perlengkapan, bumbu dan lainnya. Kita tetap membimbing dan memandu, dan biarkan ia melakukannya sendiri. Meski meja dapur berhambur dan kotor, itu adalah bentuk melatih dan meniru perbuatan positif ibu ketika menyiapkan hidangan untuk keluarga.
Kedua, anak adalah peniru ulung. Ketika ia mengucapkan sesuatu, mungkin kita terkejut, "Kok anak saya bisa ngomong begitu, ya? Niru siapa nih?".