Entahlah, apakah anak milenial mengenal lagu-lagu era tersebut, yang mana seringkali dinyanyikan, diperdengarkan dan dilombakan? Yang jelas, jika perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia berlangsung, saya selalu antusias ikut bernyanyi di depan televisi, seakan mengikuti langsung di Istana Negara, berjajar di antara peserta Paduan Suara Gita Bahana Nusantara.Â
Tigapuluh delapan tahun telah berlalu tanpa kehadirannya. Namun jiwa seni beliau mengalir pada kami anak-anaknya. Saat rindu melanda, inilah lagu andalan saya yang nyanyikan untuk mengenangnya. Baik dalam lirih suara berteman bantal guling dan isak airmata atau dalam lantang suara dengan syahdu dan hidmat.
Di mana, akan ku cari
Aku menangis seorang diri
Hatiku slalu ingin bertemu
Untukmu aku bernyayi.
Untuk ayah tercinta, aku ingin bernyanyi.
Walau air mata, di pipiku
Ayah dengarkanlah! Aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi
Lihatlah, hari berganti
Namun tiada seindah dulu
Datanglah, aku ingin bertemu
Untukmu, aku bernyanyi
Untuk ayah tercinta. Aku ingin bernyanyi
Walau air mata di pipiku
Ayah dengarkanlah! Aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpiÂ
(Lagu Ayah - Rinto Harahap)
Doa terbaik untuk Bapak, jua Ibu. Saya yakin mereka berdua di surga bahagia. Izinkan ananda menjadi anak yang sholehah untuk kalian berdua, senantiasa mengalirkan doa hingga tutup usia menyusulmu kelak. Kabulkan ya, Allah.
Aamiin.
***
Referensi lirik lagu: kapanlagi.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI