Maka atas izin Allah, dengan menggunakan tongkatnya, Nabi Musa memukulkannya ke air laut. Terbelahlah air laut, membentangkan jalan bagi Nabi Musa dan kaum yang beriman untuk segera menyeberanginya.Â
Air laut membentuk bagai dinding yang kokoh. Setelah hampir sampai di daratan tujuan, Firaun dan pengikut yang mengejarnya berada di tengah jalan lautan yang membelah itu.Â
Saat itu juga, Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke laut, maka menyatu kembali air laut tersebut, menenggelamkan raja yang takabur berserta bala tentaranya.
Allah berfirman:
"Dan sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, 'Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari, dan pukul-lah (buatlah) untuk mereka jalan yang kering di laut itu, (engkau) tidak perlu takut akan tersusul dan tidak perlu khawatir (akan tenggelam).' Maka Fir'aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka."Â (QS. Thaahaa: 77-78)
Demikianlah, hikmah dari peristiwa tersebut, yaitu jangan meremehkan hal kecil, tetapi justru itulah yang bisa mengubah kehidupan kita, bisa mengubah bentang peradaban manusia.Â
***
Maka Rasulullah pun memulai dakwahnya dengan membangun masjid yang juga sederhana.
Saat beliau berhijrah dari Makkah ke Madinah, pun tidak mendirikan monumen atau patung besar layaknya raja-raja atau penguasa negeri atau pemimpin suatu kaum, sebagai penanda mengabadikan dirinya sendiri di saat itu.Â
Tetapi Rasul SAW Â membangun masjid yang sangat sederhana dan berangkat dari bangunan bersahaja itulah beliau sanggup mengubah peradaban dunia dari kezaliman, yang dipenuhi kemusyrikan, kemunafikan, kedustaan, kenistaan, menjadi tatanan kehidupan yang dipenuhi dengan cahaya tauhid, melalui bimbingan dan nilai-nilai kemuliaan dari Allah SWT.
Rasul mendidik dan membina para sahabat serta para pengikutnya, dimulai dari ruang sederhana di masjid tersebut. Bukan seperi tampilan masjid megah yang sekarang sering dikunjungi para peziarah maupun jamaah umrah/haji.Â
Dahulunya masjid tersebut hanya berupa bangunan luas berbentuk persegi panjang tanpa atap. Bagian mimbar dan shaf terdepan hanya ditutup daun pohon kurma saja.Â
Temboknya pun hanya batu bata tanpa dihaluskan di bagian luarnya. Ada pintu besar di bagian depannya dan dua pintu di kanan dan kiri.Â
Jika turun hujan, airnya membasahi lantai masjid yang berupa tanah liat. Hanya seperempat bagian masjid saja yang ditutup dengan pelepah daun kurma. Maket masjid zaman nabi dapat dilihat di Museum Masjid Nabawi di Madinah.