Rebah di atas kursi tua di tengah taman kota,
Setitik demi setitik bening air mata mulai menyeruak,
Batinnya teriakkan hujat, gemeretuk geligi menajamkan rahang.
Tumbuh dendam yang entah kapan terlampiaskan.
Ia tertidur, di sana, di taman kota, berselimut kabut malam, berpeluk amarah yang tak berkesudahan.
***
Purnama menyiram kota, 25022021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H