Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Kusambut Ramadhan 1442 Hijriah] Luasnya Ampunan dengan Tobat Nasuha, Penuhi Syarat dan Ketentuan-Nya

25 Februari 2021   12:29 Diperbarui: 25 Februari 2021   15:53 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembaca yang budiman,

Dalam sebuah kajian Islam yang disampaikan oleh Ustaz KH. Ahmad Kosasih (Dewan Syariah Daarul Quran) melalui kuliah pembelajaran online, beliau memaparkan tentang Taubatan Nasuha.


Kata tobat tentu tidak asing lagi bagi kita. Tobat artinya kembali atau dipahami dengan istilah kembali kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'ala, yang mana sebelumnya seseorang telah jauh dari-Nya. Ia kembali kepada ketaatan, yang mana sebelumnya jauh meninggalkan kewajiban sebagai hamba-Nya, dan melanggar larangan-Nya. Dengan bertobat, artinya seseorang telah kembali dari meninggalkan perbuatan buruk nan munkar, kembali mendekatkan diri kepada Allah.

Namun, untuk taubat nasuha, yaitu yang sebenar-benar tobat, dalam ajaran Islam, haruslah terpenuhi syarat dan ketentuannya:
Pertama, menyesali perbuatan maksiat atau keburukan yang pernah dilakukan.
Kedua, berhenti dari perbuatan maksiat atau keburukan tersebut yang sedang dilakukan
Ketiga, bertekad atau berjanji untuk tidak melakukannya lagi atau mengulangi kembali.

Beliau menjelaskan bahwa, apabila ketiga syarat tersebut telah terpenuhi, berarti ia termasuk orang yang melakukan taubatan nasuha, tobat yang sebenar-benarnya, maka Allah SWT menjanjikan bahwa apapun perbuatan dari hamba-Nya tersebut, berapa lama ia telah melakukan keburukan, kalau ia bertobat dan memenuhi ketiga syarat tersebut, maka Allah SWT pasti melimpahkan ampunan-Nya, mengampuni segala dosa-dosanya, dihapus segala perbuatan buruk yang pernah dilakukan hamba-Nya.

Namun, bila syarat tersebut di atas hanya terpenuhi barang satu atau dua saja, misalnya: ia berhenti melakukan perbuatan buruk, ia bertekad tidak mengulangi lagi, tetapi takada rasa penyesalan di hatinya atas perbuatan kotor yang pernah dilakukan, maka belum dikatakan ia melakukan taubatan nasuha. Maka ia harus memenuhi tiga syarat tersebut.

Nah, syarat yang disebutkan di atas adalah taubatan nasuha seorang hamba atas perbuatan dosanya hanya antara dirinya dan Allah SWT. Bilamana perbuatan dosanya ia lakukan berkaitan dengan hak-hak manusia, mak ada tambahan syarat untuk bertobat, yaitu ia harus meminta maaf kepada orang yang mungkin ia pernah mengambil haknya, pernah menganiaya orang lain, pernah menyakiti atau mendzalimi, maka ia harus meminta maaf, meminta keikhlasan pada mereka untuk memaafkan. Atau mengembalikan hak orang tersebut jika ia pernah mengambil haknya.

Bila pertaubatan tersebut dilakukan sesuai dengan tiga syarat pertama dan tidak memiliki kaitan dengan perbuatan dosa kepada manusia lainnya, maka Allah janjikan orang tersebut terhapus dosa-dosanya.

Seseorang diberikan kesempatan bertaubat kepada Allah SWT ketika hayat masih dikandung badan. Selama ia masih hidup, maka ia diberi kesempatan tersebut hingga ajal menjemput. Allah akan menerima tobat seorang hamba sebelum sakratul maut.


"Dan taubat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan, hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, 'Saya benar-benar bertobat sekarang.' Dan tidak (pula diterima taubat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih"(QS. An-Nisaa ayat 18)

Tangkapan layar kajian online (Dok.Pri)
Tangkapan layar kajian online (Dok.Pri)
Kisah Taubat Pembunuh 100 Jiwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun