Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Pemimpin yang Cerdas Wajib Memiliki Tiga Hal ini

13 Februari 2021   09:37 Diperbarui: 13 Februari 2021   09:53 4169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://pixabay.com

Menjadi seorang pemimpin yang cerdas (Smart Leader), memang sudah semestinya. Bagaimana mungkin seorang pemimpin dapat menyelesaikan masalah di perusahaannya, di negaranya, di desanya, bila ia tidak cerdas. Tapi bagaimana bila ia ingin menjadi pemimpin yang cerdas? Bagaimana menyikapi bila ia ditunjuk menjadi pemimpin sekolah, misalnya, namun belum ada pengalaman sama sekali?

Dalam sebuah kesempatan mengikuti pembelajaran online bersama Bapak Deddi Nordiawan -- Creative Problem Solver, Public Finance Management Specialist and E-learning Enthusiast
Saya merangkum penjelasan beliau: seperti apa pemimpin yang cerdas itu?


Menurut bahasa, cerdas merujuk pada sempurnanya perkembangan akal budi (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya); tajam pikiran.
Cerdas harus didefinisikan karena bisa dilihat dan dipahami dalam berbagai sudut pandang. Seperti yang telah dikenal bahwa ada definisi bagaimana cerdas itu di bagi tiga:
- Intelectual Quotient (IQ)
- Emotional Quotient (EQ)
- Spiritual Quotient (SQ)


Namun pada tulisan ini, kita akan membahas cerdas dalam konteks pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dan pemahaman akan fakta, kebenaran atau informasi yang diperoleh melalui pengalaman atau pembelajaran; juga ketrampilan (skill) yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran dan ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.
Bahkan ada disebutkan dalam sebuah judul buku Smart leader, Smarter Team -- pemimpin yang cerdas, maka tim nya akan lebih cerdas.

Lalu, apa itu kecerdasan atau pemimpin cerdas dari sudut pandang kepemimpinan (leadership?)

Cerdas ada tiga tingkatan
1. Tahu (Mengetahui - Know)
Kita menjadi tahu setelah membaca buku, misalnya. 

Yang tadinya enggak tahu, menjadi tahu. Mendengar cerita dari orang lain, menyimak penjelasan motivator, melihat kejadian baru yang melengkapi cerita yang kita dengar sebelumnya, bersentuhan langsung dengan kejadian, mengalami sebuah peristiwa, akhirnya kita menjadi tahu sesuatu.
Tahu adalah kecerdasan yang paling dasar. Jadi, pemimpin yang cerdas tidak sekadar tahu saja. Ia harus naik level nih, yaitu:

2. Paham (Memahami - Understand)
Setelah tahu, orang belum tentu paham. 

Kita tahu tentang anggaran, misalnya. 

Anggaran adalah rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan dalam sebuah perusahaan atau organisasi untuk jangka waktu / periode tertentu di masa yang akan datang.
Nah, kita tahu tentang anggaran, tapi belum tentu paham sepenuhnya. Karena paham identik dengan konteks yang berkaitan dengan mengapa (why).
Mengapa anggaran itu penting? mengapa anggaran diperlukan, apa gunanya anggaran? Kenapa anggaran harus ada?
Ketika pemimpin sebuah perusahaan/lembaga/organisasi menggunakan anggaran, apakah dia paham tentang rencana pengeluaran selama satu tahun ke depan?

Paham itu memiliki ciri:
- Memahami konteksnya, bahwa anggaran itu adalah sebagai alat kontrol. Pemimpin yang cerdas tidak sekadar tahu, tapi paham posisi anggaran pada tempat yang dipimpinnya dalam menjalankan roda kegiatan organisasinya.
- Muncul pemahaman pada 'mengapa' harus ada.
Oh, tempatnya anggaran adalah perencanaan, alat kontrol, alat evaluasi, sebagai penunjuk arah untuk pengeluaran.

Kita ambil contoh, seorang pemimpin butuh laptop, nih. Mahal atau murahnya laptop, tergantung kecerdasan si Leader. Kalau sekedar 'tahu' saja, laptop bisa jadi mahal untuk dirinya. Namun jika ia 'paham' bahwa perangkat tersebut memiliki kegunaan untuk membantu pekerjaan organisasi, analisis, alat komunikasi dengan karyawan atau kolega, maka laptop mahal jadi 'murah' karena fungsinya yang bermanfaat dalam menunjang kegiatannya yang begitu luas dan beragam.

Pemimpin yang cerdas bisa memahami bahwa investasi yang mahal bisa menjadi murah karena ia dapat memfungsikan perangkat yang mahal tersebut dengan sebaik-baiknya, seoptimal mungkin.


Atau kita ambil contoh lain, seorang pemimpin yang tahu tentang Marketing, mengetahui dari buku atau sekedar tahu tentangnya. Kemudian, ia mempimpin rapat berkaitan dengan hal tersebut, bisa saja terjadi miss-leading, karena ia tidak paham sepenuhnya tentang Marketing. Ia tahu teorinya, tetapi konteksnya belum paham.

Karena itulah, pemimpin yang cerdas harus menaikkan levelnya, yaitu:

3. Terlatih (Menerapkan - Implement)
Dengan apa yang ia ketahui, pahami dan pengalaman yang dimiliki di bidang tersebut, maka semakin efektiflah kinerja seorang pemimpin yang cerdas.
Kembali kepada contoh tentang anggaran (budget). Pemimpin yang cerdas tidak hanya sekadar tahu, namun juga memahami fungsi anggaran, mengapa ia harus menyusunnya, dan makin efektif jika ia berlatih menyusun anggaran tersebut. Karena dalam penyusunannya, dibutuhkan pemahaman dan pengalaman. Ada operator, ada yang melakukan penentuan satuan harga, ada yang menyusun kegiatan, dll.
Nah, dalam hal anggaran tersebut, pemimpin mengambil posisi dimana? Yang pasti, ia harus terlatih. Berusaha menaikkan levelnya dari tahu, paham, dan terlatih.

Kata kunci dari semua tingkatan ini, seorang pemimpin yang cerdas adalah yang mau BELAJAR, pada level input: membaca, melihat, dan mendengar apa yang ada di sekeliling kepemimpinannya.
Kunci berikutnya adalah 
menganalisis, yang dipicu oleh keingintahuan sebagai naik level dari tahu menjadi paham.
Setelah ia makin terlatih dan terasah, maka kunci berikutnya bahwa ia harus 
dinamis (persistent), berkesinambungan, istiqomah dalam menerapkan kepemimpinannya.

Siapa pun pemimpin, baik di unit terkecil dalam masyarakat, perusahan, lembaga atau organisasi, hingga terbesar seperti pemimpin negara, maka ia harus selalu meningkatkan level kecerdasannya.


Setiap pribadi adalah pemimpin juga bagi dirinya sendiri. Kita memiliki pengetahuan, naikkan diri menjadi paham dan terus meningkat menjadi makin terlatih sehingga kegiatan kita menjadi efektif. In syaa Allah banyak hal yang bisa dilakukan dan keberadaan kita menjadi makin manfaat bagi orang banyak.

Salam tebar manfaat.

***

Rangkuman pembelajaran online tentang Motivasi Menjadi Pemimpin yang Cerdas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun