Menjadi seorang pemimpin yang cerdas (Smart Leader), memang sudah semestinya. Bagaimana mungkin seorang pemimpin dapat menyelesaikan masalah di perusahaannya, di negaranya, di desanya, bila ia tidak cerdas. Tapi bagaimana bila ia ingin menjadi pemimpin yang cerdas? Bagaimana menyikapi bila ia ditunjuk menjadi pemimpin sekolah, misalnya, namun belum ada pengalaman sama sekali?
Dalam sebuah kesempatan mengikuti pembelajaran online bersama Bapak Deddi Nordiawan -- Creative Problem Solver, Public Finance Management Specialist and E-learning Enthusiast
Saya merangkum penjelasan beliau: seperti apa pemimpin yang cerdas itu?
Menurut bahasa, cerdas merujuk pada sempurnanya perkembangan akal budi (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya); tajam pikiran.
Cerdas harus didefinisikan karena bisa dilihat dan dipahami dalam berbagai sudut pandang. Seperti yang telah dikenal bahwa ada definisi bagaimana cerdas itu di bagi tiga:
- Intelectual Quotient (IQ)
- Emotional Quotient (EQ)
- Spiritual Quotient (SQ)
Namun pada tulisan ini, kita akan membahas cerdas dalam konteks pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dan pemahaman akan fakta, kebenaran atau informasi yang diperoleh melalui pengalaman atau pembelajaran; juga ketrampilan (skill) yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran dan ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.
Bahkan ada disebutkan dalam sebuah judul buku Smart leader, Smarter Team -- pemimpin yang cerdas, maka tim nya akan lebih cerdas.
Lalu, apa itu kecerdasan atau pemimpin cerdas dari sudut pandang kepemimpinan (leadership?)
Cerdas ada tiga tingkatan
1. Tahu (Mengetahui -Â Know)
Kita menjadi tahu setelah membaca buku, misalnya.Â
Yang tadinya enggak tahu, menjadi tahu. Mendengar cerita dari orang lain, menyimak penjelasan motivator, melihat kejadian baru yang melengkapi cerita yang kita dengar sebelumnya, bersentuhan langsung dengan kejadian, mengalami sebuah peristiwa, akhirnya kita menjadi tahu sesuatu.
Tahu adalah kecerdasan yang paling dasar. Jadi, pemimpin yang cerdas tidak sekadar tahu saja. Ia harus naik level nih, yaitu:
2. Paham (Memahami -Â Understand)
Setelah tahu, orang belum tentu paham.Â
Kita tahu tentang anggaran, misalnya.Â
Anggaran adalah rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan dalam sebuah perusahaan atau organisasi untuk jangka waktu / periode tertentu di masa yang akan datang.
Nah, kita tahu tentang anggaran, tapi belum tentu paham sepenuhnya. Karena paham identik dengan konteks yang berkaitan dengan mengapa (why).
Mengapa anggaran itu penting? mengapa anggaran diperlukan, apa gunanya anggaran? Kenapa anggaran harus ada?
Ketika pemimpin sebuah perusahaan/lembaga/organisasi menggunakan anggaran, apakah dia paham tentang rencana pengeluaran selama satu tahun ke depan?