Paham itu memiliki ciri:
- Memahami konteksnya, bahwa anggaran itu adalah sebagai alat kontrol. Pemimpin yang cerdas tidak sekadar tahu, tapi paham posisi anggaran pada tempat yang dipimpinnya dalam menjalankan roda kegiatan organisasinya.
- Muncul pemahaman pada 'mengapa' harus ada.
Oh, tempatnya anggaran adalah perencanaan, alat kontrol, alat evaluasi, sebagai penunjuk arah untuk pengeluaran.
Kita ambil contoh, seorang pemimpin butuh laptop, nih. Mahal atau murahnya laptop, tergantung kecerdasan si Leader. Kalau sekedar 'tahu' saja, laptop bisa jadi mahal untuk dirinya. Namun jika ia 'paham' bahwa perangkat tersebut memiliki kegunaan untuk membantu pekerjaan organisasi, analisis, alat komunikasi dengan karyawan atau kolega, maka laptop mahal jadi 'murah' karena fungsinya yang bermanfaat dalam menunjang kegiatannya yang begitu luas dan beragam.
Pemimpin yang cerdas bisa memahami bahwa investasi yang mahal bisa menjadi murah karena ia dapat memfungsikan perangkat yang mahal tersebut dengan sebaik-baiknya, seoptimal mungkin.
Atau kita ambil contoh lain, seorang pemimpin yang tahu tentang Marketing, mengetahui dari buku atau sekedar tahu tentangnya. Kemudian, ia mempimpin rapat berkaitan dengan hal tersebut, bisa saja terjadi miss-leading, karena ia tidak paham sepenuhnya tentang Marketing. Ia tahu teorinya, tetapi konteksnya belum paham.
Karena itulah, pemimpin yang cerdas harus menaikkan levelnya, yaitu:
3. Terlatih (Menerapkan -Â Implement)
Dengan apa yang ia ketahui, pahami dan pengalaman yang dimiliki di bidang tersebut, maka semakin efektiflah kinerja seorang pemimpin yang cerdas.
Kembali kepada contoh tentang anggaran (budget). Pemimpin yang cerdas tidak hanya sekadar tahu, namun juga memahami fungsi anggaran, mengapa ia harus menyusunnya, dan makin efektif jika ia berlatih menyusun anggaran tersebut. Karena dalam penyusunannya, dibutuhkan pemahaman dan pengalaman. Ada operator, ada yang melakukan penentuan satuan harga, ada yang menyusun kegiatan, dll.
Nah, dalam hal anggaran tersebut, pemimpin mengambil posisi dimana? Yang pasti, ia harus terlatih. Berusaha menaikkan levelnya dari tahu, paham, dan terlatih.
Kata kunci dari semua tingkatan ini, seorang pemimpin yang cerdas adalah yang mau BELAJAR, pada level input: membaca, melihat, dan mendengar apa yang ada di sekeliling kepemimpinannya.
Kunci berikutnya adalah menganalisis, yang dipicu oleh keingintahuan sebagai naik level dari tahu menjadi paham.
Setelah ia makin terlatih dan terasah, maka kunci berikutnya bahwa ia harus dinamis (persistent), berkesinambungan, istiqomah dalam menerapkan kepemimpinannya.
Siapa pun pemimpin, baik di unit terkecil dalam masyarakat, perusahan, lembaga atau organisasi, hingga terbesar seperti pemimpin negara, maka ia harus selalu meningkatkan level kecerdasannya.
Setiap pribadi adalah pemimpin juga bagi dirinya sendiri. Kita memiliki pengetahuan, naikkan diri menjadi paham dan terus meningkat menjadi makin terlatih sehingga kegiatan kita menjadi efektif. In syaa Allah banyak hal yang bisa dilakukan dan keberadaan kita menjadi makin manfaat bagi orang banyak.
Salam tebar manfaat.
***
Rangkuman pembelajaran online tentang Motivasi Menjadi Pemimpin yang Cerdas.