1. Seseorang dikatakan memiliki Prinsip Tawaqal jika ia memiliki sifat mujahadah (bersungguh-sungguh) dalam bekerja (perencanaan, sistematis, dilaksanakan, mencatat, mengevaluasi). Jadi, orang tersebut bekerja dengan sungguh-sungguh dan sistematis, kerjanya tidak asal-asalan, tidak acak-acakan. Ia melalukannya dengan tertib, rapi dan teratur.
Perencanaan yang baik adalah setengah dari keberhasilan.
2. Seorang dikatakan memiliki Prinsip Tawaqal jika senantiasa berdoa kepada Allah, karena doa sejatinya adalah 'senjata' bagi kaum muslimin. Allah memberikan kekuasaan yang takterbatas, sehingga kita bisa memohon kepada Allah, maka sungguh atas segala kekuatan dari-Nya, maka usaha kita menjadi maksimal. Karena sesungguhnya yang menentukan berhasil atau tidaknya adalah Allah.
Kalau kita tidak berdoa kepada Allah, maka sungguh kita ini manusia yang sombong, karena merasa tidak memerlukan Allah dalam usaha yang dilakukan. Dengan berdoa, maka Allah akan mengingat dan mengenal kita.Â
Sebagaimana Allah berfirman pada Surah Al-Baqarah ayat 152:
"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku"
3. Setelah sifat pertama dan kedua kita miliki, maka ketika kita meraih kesuksesan atau mendulang keuntungan, sepatutnya kita bersyukur kepada Allah atas apa yang telah kita capai. Karena sesumgguhnya dengam penyertaan Allah dalam segala upaya kita, maka hadirlah di dalam hati kita yaitu rasa syukur. Seperti halnya Rasulullaah SAW yang tidak pernah khawatir kepada para sahabat karena memiliki prinsip tersebut. Apapun kondisinya, para sahabat nabi senantiasa bersyukur atas kondisi mereka, baik di saat lapang maupun sempit.
Sebagaimana disebutkan dalam Surah Ibrahim ayat 7:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan 'sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasto adzab-Ku sangat berat"
4. Sabar terhadap berbagai cobaan. Bisa jadi kita sudah memiliki atau melaksanakan prinsip pertama, kedua dan ketiga, tapi bisa jadi hasilnya tidak sesuai seperti apa yang kita harapkan. Sabar adalah obatnya. Bukan berarti diam saja, meratapi hasil yang kurang memadai, melainkan bersabar untuk introspeksi diri. Mungkin ada ikhtiar lain yang belum maksimal, kita evaluasi kembali dan berusaha terus memperbaikinya. Sabar untuk berjuang menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih sukses dari kegagalan.
Ada yang mengeluh:
"Kesabaranku telah habis."
"Cukup sudah batas kesabaranku."
"Sabar terus, sampai kapan?"
Kita telah diingatkan dengan penuh kasih sayang oleh Allah dalam Surah Ali Imran ayat 200
"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung"
Ayat Kedua