Assalamu'alaikum, Diary.
'Met pagi, sayang! Hai, kau sudah bangun?
Sepertinya nyenyak sangat tidurmu. Mimpi apa semalam?
Aku justru gelisah, Ry. Mau bertandang ke halamanmu, khawatir mengganggu istirahatmu. Merem-melek sampai beberapa waktu, hingga akhirnya terlelap sepertimu.
Eh, boleh ya, pagi-pagi aku menyapamu.
Ry, seperti biasa usai sholat Subuh, selalu kusegarkan diriku dengan tilawah dan membaca terjemah Alquran. Kupahami dengan sebisa kemampuanku akan isi kandungan di dalamnya. Dengan membacanya, pikiranku tenang, hatiku tentram. Kedamaian mengalir menyelimuti jiwa.
Kemudian, sejenak beralih menelusur pesan yang masuk di gawai. Sekiranya ada yang perlu segera ditanggapi, kusegerakan berbalas. Ya, hanya sebentar saja.
Aku sering rebahan sejenak menyaksikan berita atau tausiyah pagi melalui layar kaca, berpelukan dengan suami dan anak. Asyik, lho, Ry. Bergumul bertiga di karpet empuk, ada saja gurau diantara kami.
Diary, ketika langit mulai menampakkan wajah cantiknya, semburat rona birunya yang bersih, dan secercah cahaya menyibak kabut tipis nan dingin, burung-burung di sekitar rumah kami pun mulai bernyanyi. Olala, merdunya, Ry. Kau dengar jua?
Murai Batu Borneo, kesayangan suami, mulai bernyanyi riang. Bersahutan dengan burung-burung gereja yang mampir di pohon rindang belakang rumah, mereka rajin silaturahim dari balik hutan di atas bukit. Riang gembira mengayunkan dahan, mengajak daun menari. Dan takkalah seru, Ry, Love Bird pun ikut nada dan irama. Keriangan mereka menyusupkan rasa gembira di hatiku, Ry.
Pagi yang indah, Diary.Â
Energi semangat mereka mengaliri kami, agar takhanya rebah di karpet. Hahaha. Kalau sudah begini, menikmati alunan riuh rendah mereka bersahutan, aku pun berbalas dendang:
Burung-burung pun memberikan salam
Dalam kesejukan dan indahnya pagi
Seandainya suasana pagi ini
Kan sepanjang hari, betapa bahagia.